Jakarta, Otomania – Boleh dibilang dilema, ketika Toyota Calya yang masuk dalam kategori mobil murah dan ramah lingkungan (low cost and green car/LCGC) justru mengonsumsi “cairan” mahal. Dalam regulasi pemerintah, setiap produk LCGC wajib mengonsumsi bensin beroktan 92 setara Pertamax.
Namun, Toyota juga membekali Calya dengan pelumas bertaraf premium, Toyota Motor Oil (TMO) Lubricant Full Synthetic 0W-20 ECO Power API SN GF- 5. Pelumas encer ini biasa digunakan pada daerah yang bersalju. Selain itu, juga biasa digunakan pada mesin-mesin berteknologi canggih, mulai dari 4, 6, 8+ silinder multi-cam, VVT-I, supercharged, turbocharged, dan mesin emisin rendah termasuk hybrid, karena sudah memenuhi standar API SN dan ILSAC GF-5.
TMO Lubricant Full Synthetic 0W-20 ECO Power dijual dengan banderol Rp 165.000 per liter. Setiap ganti oli, Calya butuh menenggak sekitar 3,2-3,5 liter pelumas, sehingga jika dijumlah nilainya, mencapai Rp 660.000 untuk mendapatkan 4 liter.
Kemudian, apakah tidak ada alternatif pilihan bagi konsumen?
Iwan Abdurahman, Repair Service Manager Workshop Department Technical Service Division PT Toyota Astra Motor, mengatakan, setiap anjuran yang diberikan pabrikan biasanya ada alasan terntentu. Kali ini, pelumas Calya sengaja dipilih yang encer demi menjaga performa mesin kendaraan tetap optimal.
“Sudah ada petunjuknya di buku pemilik, anjuran kami adalah oli ini ( dengan viskositas 0W-20) supaya performa maksimal, tanpa menyebut merek. Soal merek konsumen bisa memilih apa saja sesuai keinginan masing-masing,” kata Iwan menjawab Otomania, di Garut, Kamis (8/9/2016).
Meski sifatnya anjuran, kata Iwan, Toyota juga memberikan informasi pada buku petunjuk pemilik kalau ada alternatif pilihan jenis pelumas dengan tingkat viskositas atau kekentalan yang lain. Saat ini, pelumas paling umum tersedia di pasar Tanah Air, adalah 5-30 dan 10-40 dijual oleh beberapa merek pelumas merek lokal atau asing.
“Kami memperbolehkan konsumen jika memilih oli lain, misalnya 5-30 atau 10-40, Calya dipastikan tidak akan ada masalah. Namun, sekali lagi anjuran pabrikan adalah yang 0-20, lebih optimal buat mesin,” ucap Iwan.
Editor | : | Agung Kurniawan |
KOMENTAR