Jakarta, Otomania – Satu hal yang selalu dipertanyakan banyak orang, apakah mobil bekas taksi masih nyaman dan mumpuni untuk kemudian dibeli? Sama halnya ketika Otomania dihadapkan dengan Mercedes-Benz E200 Kompressor 2009 bekas taksi ekslusif Silver Bird.
Pertanyaan yang sama muncul saat PT Blue Bird Tbk memberi kesempatan untuk mengetesnya, (30/4/2016). Klaim perusahaan taksi terbesar di Indonesia itu, mobil boleh dibilang ”berpengalaman”, namun performa tetap terjaga berkat perawatan. Mari kita buktikan.
Sebelumnya, Otomania sudah menelusuri bagian-bagian penting sebelum dicoba. Kondisi rata-rata mobil hampir sama, odometer sudah di atas 250.000 km, namun bodi-bodi dan interior tergolong masih bersih dan rapi.
Lebih dari 20 mobil disiapkan Blue Bird untuk dites media dan karyawan menuju Megamendung, Cisarua, berangkat dari kantor pusat ”Burung Biru” di Mampang, Jakarta Selatan. Otomania berpasangan dengan media lain, plus pendamping yang merupakan karyawan senior.
Mesin dinyalakan, suara terdengar masih sangat halus. Fungsi-fungsi jok elektrik, spion, masih sangat baik. Setir yang bisa maju-mundur dan naik-turun juga berfungsi normal. Semua tampak baik, termasuk pengoperasian rem tangan yang menonaktifkannya hanya dengan menarik tombol.
Melaju
Memindahkan tuas perseneling ke posisi D, lalu mulai melaju. Hentakan mobil masih terasa beringas. Suara mesin khas W211 kompressor cukup terdengar, seperti peredaman kabin yang sudah mulai kurang prima. Sayup gesekan aspal dengan ban pun cukup terdengar.
Tiba-tiba tersadar, Otomania sedang apes. Mobil yang redaksi pakai setirnya tak center, atau harus dibelokkan ke kanan untuk melaju lurus. Sepertinya butuh proses spooring. Tentu cukup mengganggu, karena pengelihatan ke panel indikator sedikit tertutup. Namun mobil tidak oleng, atau bergerak ke kanan-kiri saat setir distabilkan.
Stop and go di jalanan padat masih sangat nyaman. Setir terasa sedikit berat, tapi ternyata ini bukan kelainan. Suryadi, karyawan pendamping yang merupakan mantan sopir Silver Bird, menjelaskan bahwa inilah ciri khas Mercy E200 Kompressor.
Lebih kencang
Masuk tol Jagorawi, Otomania sedikit meningkatkan kecepatan dan lepas dari konvoi. Performanya masih sangat baik. Tenaga masih terisi di setiap putaran, berkat mesin supercharged yang cukup canggih di zamannya. Pindah mode berkendara ke sport, mobil makin terasa galak.
Tapi tiba-tiba, muncul tanda seru di dalam segitiga warna oranye di panel. Tandanya, ada masalah elektrikal. Mode informasi pun redaksi ubah, dan menemukan pesan bahwa ada beberapa fitur yang sedang tak berfungsi.
Tiga fitur yang mati itu adalah ESP (Electronic Stability Program). Inilah fitur yang menjaga mobil tak selip berkat kntrol pengendalian dari rem. Fitur lain, cruise control (penjaga kecepatan) yang juga tak berfungsi. Otomania coba set, tapi memang benar-benar mati. Fitur selanjutnya yang dinyatakan ”innactive” adalah sensor run flat yang mendeteksi ban bocor.
Saat ditanya soal ini, Hery Sugiarto, GM Used Car Blue Bird Group, menyatakan bahwa pihaknya akan selalu memastikan semua fitur berfungsi sebelum pindah tangan ke konsumen. ”Pasti nanti konsumen kami minta test drive. Kalau muncul masalah, sudah pasti akan dibenahi dulu,” katanya.
Suspensi
Sesampai di kawasan Gadog, lalu berbelok menuju Jeep Station Indonesia, tempat rombongan beristirahat, jalanan mulai bergelombang dan berlubang. Di sinilah pengetesan suspensi dilakukan. Tak terdengar bebunyian aneh, semuanya normal, bahkan masih sangat nyaman.
Jaminan perawatan suspensi dan mesin memang digaungkan Blue Bird berkali-kali, dan ini menjadi bukti bahwa klaim itu benar adanya. Secara keseluruhan, dengan paket harga Rp 180 juta, Mercy eks taksi ini masih cukup layak dibeli. Hanya, pembeli harus lebih jeli dan memilih unit yang benar-benar sehat dan meminta jaminan lebih detail.
Editor | : | Azwar Ferdian |
KOMENTAR