Jakarta, Otomania – Bagi penggemar kegiatan balap roda empat seperti reli, slalom atau off-road, helm merupakan kebutuhan wajib. Helm balap diciptakan dengan spesfikisi khusus untuk memenuhi standar keselamatan, seperti tahan benturan, mampu meredam suara dan nyaman digunan, saat balapan.
Bagi para penggemar helm, spesifikasi ini tentu menjadi daya tarik untuk ikut memilikinya, namun bagaimana dengan perawatan helm khusus balap ini?
Tito, manajer Garasi Helm saat ditemui Otomania, di gelaran Parjo 2016, Sabtu (12/3/2016), mengatakan, perawatan tidak berbeda dengan perawatan helm biasa. Perhatian khusus hanya diperlukan pada komponen transmitter radio yang biasanya ada di dalam helm.
Beberapa merek helm balap, seperti Peltor, Sparco, dan Stilo biasanya dilengkapi dengan komponen radio untuk kebutuhan komunikasi dengan navigator. Jika komponen ini rusak maka cukup sulit untuk membetulkannya.
Cara mudah merawatnya, biasanya setelah digunakan dalam ajang balap, helm tinggal di angin-anginkan untuk mengeringkan busa yang terkena keringat. Tito menambahkan, bagian terpenting dalam perawatan helm balap adalah bagian busa peredam.
Busa helm balap diciptakan khusus untuk dapat meredam suara mesin balap sehingga busa jangan sampai dalam kondisi basah.
“Jika sudah basah biasanya busa akan cepat rusak dan fitur peredam suara akan hilang. Ini jelas akan mengurangi fungsi dari helm balap tersebut karena busa helm tidak bisa dicopot atau diganti baru,” kata Tito.
Kebersihan bagian luar helm dapat dilakukan dengan menggunakan kain lap bertekstur lembut. Penggunaan cairan pelindung cat berbahan silikon juga dapat diaplikasikan pada cat helm balap.
Helm balap yang dirawat dengan baik dapat bertahan hingga 10 tahun penggunaan. Penggemarnya pun tidak hanya mengincar fisik helm namun juga keadaan busa, serta transmiter radio. Jika semua ini berfungsi baik helm balap seken di pasaran dapat diberi harga yang cukup tinggi. Sebagai gambaran helm merek Peltor dihargai Rp 6 juta hingga Rp 7 juta dalam kondisi bekas.
Editor | : | Agung Kurniawan |
KOMENTAR