Singaraja, Otomania – Terbukanya pasar ASEAN bisa jadi berkah, namun juga bisa jadi petaka. Ini tentunya karena persaingan yang semakin ketat, bukan hanya di tingkat pebisnis tapi juga pekerja.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai pencetak lulusan-lulusan yang siap bekerja, dituntut untuk lebih inovatif dan kreatif. Ini dimaksudkan agar sumber daya manusia yang dihasilkan menjadi berkualitas. Sehingga tidak tergilas oleh arus pekerja dari luar Indonesia.
“Upaya yang bisa dilakukan pada SMK yaitu dengan memperdalam kemampuan para siswanya agar menjadi spesialis-spesialis handal otomotif. Dengan itu, serangan pekerja yang masuk dari negara-negara ASEAN bisa ditangkal dengan baik, bahkan kita nantinya yang akan bisa bekerja di luar negeri,” ujar Davy J Tuilan, Deputy Managing Director PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) saat memberikan donasi Corporate Social Responsibility (CSR) di SMKN 3 Singaraja, Rabu (24/2/2016).
Davy melanjutkan, sampai saat ini, Indonesia masih berada di urutan kedua industri otomotif setelah Thailand. Bukan tidak mungkin, nantinya Indonesia yang bakal jadi kiblat otomotif ASEAN.
Putu Agus Suradnyana, Bupati Buleleng mengatakan, datangnya MEA juga tidak perlu dikhawatirkan. Karena dengan kualitas lulusan-lulusan terbaik, itu bisa jadi keuntungan sendiri bagi Indonesia.
“Ketrampilan-ketrampilan harus terus diasah oleh para siswa siswi kejuruan, khususnya dari segi bahasa, seperti bahasa Inggris. Kemudian tingkatkan kompetensi di bidangnya dan juga jangan meninggalkan ajaran etika yang berani. Sehingga akan menghasilkan lulusan-lulusan terbaik untuk industri otomotif, yang siap bersaing bukan hanya di ASEAN tapi di seluruh dunia,” ujar Putu.
| Editor | : | Azwar Ferdian |
KOMENTAR