Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Underbone 2-Tak Terganas Era 90-an, Tunggangan Dewa Road Race

Fedrick Wahyu - Jumat, 2 Februari 2018 | 19:30 WIB

(BACA JUGA: Kilas Balik Motor Nasional SMI Yang Layu Sebelum Mekar)

kompresi motor pun ikut berubah, semula hanya 6,9 namun setelah diracik di Negeri Sakura berubah sampai 7,1 : 1. Selain itu rancangan aliran udara juga menentukan bagaimana motor ini bisa begitu bertenaga.

Rancangannya mirip seperti sistem turbo, ada corong udara ke kotak saringan udara (filter). Lalu ada dua nipel yang terpasang, satu ke manifold dan satunya ke tangki bensin yang sebelumnya lewat filter udara kedua.

Ada corong untuk memberikan suplai udara segar ke karburator
Dokumentasi OTOMOTIF Group
Ada corong untuk memberikan suplai udara segar ke karburator

Hal itu membuat bensin didorong oleh udara baik dari karburator maupun tangki. Sehingga, sebelum mencapai 13.500 rpm, tenaga motor F1-ZR berkarburator Keihin 24 mm itu masih ada.

Selain itu yang menjadi pertanyaan apakah cuma motornya saja yang hebat bagaimana dengan pebalapnya? Jadi untuk membuktikan mana yang lebih berperan antara motor atau Hendri yang sempat diberi gelar Dewa Road Race

(BACA JUGA: Biar Tahu, Ini Alasan Motor 2-Tak Selalu Keluar Asap Dari Knalpot)

Motor itu pun dicoba oleh bukan pebalap dan settingan mesin dibiarkan sama seperti saat dipakai Hendri balapan. Setelah dicoba, butuh dua lap agar terbiasa dengan posisi duduk dan cara memindahkan gigi yang semuanya dicungkil.

Mulai dari rem sampai semua perangkat dicoba, sembari menghafal sirkuit. Pada lap 3, gaya Hendri berbelok ke kanan dipraktekkan. Namun hal itu tidak mudah, sebab harus merebahkan motor sambil mempertahankan putaran mesin sekitar 7.000 rpm di gigi 3.

Ini bukan Hendriansyah, tapi tester OTOMOTIF yang menjajal sendiri membawa tunggangan sang dewa road
Dokumentasi OTOMOTIF Group
Ini bukan Hendriansyah, tapi tester OTOMOTIF yang menjajal sendiri membawa tunggangan sang dewa road

Setelah itu dicoba juga mengangkat roda depan, seperti gaya Hendri melewati garis finish. Percobaan pertama sudah pasti gagal karena kelebihan power. Baru setelah percobaan kedua dan seterusnya selalu sukses.

Kemudian meniru gaya Hendri saat melewati tikungan parabola ke kiri. Perbedaan merek ban, depan Dunlop Sportmax dan belakang menggunakan Bridgestone Battlax,  tidak menjadi halangan. 

Kerikil lembut di permukaan aspal sirkuit, memang mengurangi cengkeram. Tapi cukup dengan mengurangi bukaan gas, arah motor bisa kembali normal. Hal itu mungkin saja terjadi karena suspensinya, lantaran suspensi belakang menggunakan Daytona Showa dan stabilisator depan bermerek sama.

(BACA JUGA: Namanya Motor Jawa, Tapi Bukan Dari Indonesia)

Hendri punya trik tersendiri, yakni dengan memanfaatkan ban belakang bergeser untuk memperkecil radius bebelok. Setelah dipraktekkan ternyata itu sangat sulit.

Jadi untuk menjawab mana yang lebih berperan, maka jawabannya adalah keduanya. Sebab motor yang luar biasa itu bisa jadi biasa di tangan pebalap kurang skill.

Editor : Donny Apriliananda
Sumber : GridOto.com

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa