Jakarta, Otomania – Ditutupnya pabrik General Motor (GM) perusahaan mobil terbesar di Amerika Serikat, tentunya membuat ratusan pekerja kehilangan mata pencarian. Penutupan pabrik tersebut pada bulan Februari 2015. Kondisi tersebut jelas merugikan, khususnya bagi para pekerja yang nota bene masyarakat Indonesia.
Namun, tidak bisa dipungkiri, keputusan tersebut pastinya bukan tanpa dasar, pastinya banyak faktor yang melatari. Namun, diharapkan industri otomotif yang ada di anah air akan tetap stabil, agar tidak ada lagi yang kehilangan pekerjaan.
Menanggapi hal tersebut, I Gusti Putu Suryawirawan, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian Republik Indonesia mengatakan, itu merupakan satu dinamika dalam dunia usaha. Mungkin dari pandangan mereka, itu adalah keputusan terbaik. Tapi, bukan berarti merek tersebut hilang.
“Mungkin mereka beranggapan bahwa sudah tidak kompetitif lagi di sini, jadi mereka mundur. Tapi itu tidak perlu dikhawatirkan, selama agregat investor dalam bidang ini meningkat. Seperti misalnya Chevrolet pergi, tapi dalam beberapa bulan ini bulan ini, akan ada merek namanya GM Wuling. General Motor namun bersama mobil Cina,” ujar Putu kepada Otomania, Rabu (18/10/2015).
Putu menambahkan, persaingan di dunia otomotif itu tidak selamanya di atas. Tapi seperti roda, ada kalanya di atas, kemudian sesekali waktu, harus turun ke bawah. Atau bisa saja mereka mungkin akan berganti dengan partner yang lain. Itu wajar wajar dalam dunia otomotif.
“Yang terpenting di sini, kami juga selalu berusaha untuk tetap membuat industri kita maju, juga undustri komponennya. Sehingga lapangan kerja yang diserap meningkat. Sesungguhnya itu adalah yang paling penting. Jadi hingga saat ini tren investasi dunia otomotif masih baik agregatnya meski GM pergi,” ujar Putu.Editor | : | Agung Kurniawan |
KOMENTAR