Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Asosiasi Mobil Nasional "Tak Diajak" Proyek Mobil Pedesaan

Febri Ardani Saragih - Jumat, 31 Maret 2017 | 09:12 WIB
test drive Fin Komodo
Kristanto Purnomo/ KompasImages
test drive Fin Komodo

Jakarta, Otomania.com – Belakangan wacana mobil pedesaan yang dikembangkan pemerintah melalui kementerian perindustrian kembali bergulir. Meski begitu, wadah buat pemain otomotif murni lokal, Asosiasi Industri Automotif Nusantara (Asianusa), merasa tidak pernah dilibatkan.

Padahal, para anggota Asianusa adalah delapan merek asal Indonesia yang mengembangkan mobil nasional (mobnas) jenis mobil pedesaan. Kedelapannya yaitu Kancil (Kendaraan Niaga Cilik Irit Lincah), Wakaba (Wahana Karya Bangsa), GEA (Gulirkan Energi Alternatif), AG-Tawon, Merapi, Boneo, Fin Komodo, dan mesin ITM.

“Kami tidak disentuh. Tidak pernah ada sentuhan apapun soal program angkutan pedesaan, diajak begitu maksudnya,” kata Dewa Yuniardi, Ketua Bidang Pemasaran dan Hubungan Asianusa, di Jakarta, Kamis (30/3/2017).

Pemerintah, kata Dewa, pernah berencana membuat dua program industri otomotif yaitu angkutan pedesaan dan kendaraan irit lingkungan yang akhirnya menjadi Low Cost Green Car (LCGC), terbit pada 2013. LCGC kini diikuti para Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) di Indonesia.

Tawon, salah satu mobil nasional yang saat ini masih diproduksi.
Donny Apriliananda
Tawon, salah satu mobil nasional yang saat ini masih diproduksi.
Sementara itu regulasi soal angkutan pedesaan tidak pernah kejadian. Industri murni lokal seakan disisihkan pemerintah sejak LCGC bergulir. Dewa menjelaskan, Asianusa pernah meminta kepada pemerintah, segmen angkutan pedesaan dengan mesin kurang dari 1.000cc diserahkan untuk industri murni lokal.

“Kami minta kepada pemerintah, tolong diproteksi yang 1.000cc ke bawah. Kami lobi 1.000cc buat kami, sasaran kami memang untuk pedesaan saat itu makanya mobil yang kami bangun kelihatannya tidak seperti pada umumnya,” kata Dewa. 

Asianusa pernah terang-terangan menentang dua kebijakan pemerintah. Pertama soal barang kena pajak mewah yang mengatur kendaraan untuk dipakai di gunung, termasuk Fin Komodo, kena Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebesar 60 persen. 

Kedua, soal aturan LCGC yang dirasa membenturkan embrio mobnas murni lokal dengan para ATPM alias merek asing. Mobnas merek Tawon dan GEA dianggap jadi tidak bisa bersaing dengan merek mainstream.

Editor : Azwar Ferdian

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa