Jakarta, Otomania - Memiliki mobil dengan kapasitas silinder besar, atau biasa disebut supercar (mobil super) di Indonesia perlu perhatian khusus. Mengingat suhu udara Indonesia yang beriklim tropis dan lembab, berbeda jauh dengan suhu di negara asal mobil tersebut.
Kondisi itu tentunya dapat mempengaruhi sistem penunjang mesin, khususnya kelistrikan. Pasalnya, udara panas yang ada di luar, akan mempengaruhi suhu di dalam mesin supercar.
“Mobil yang berasal dari negara empat musim sudah tentu dikondisikan sesuai untuk cuaca di negara tersebut seperti udara yang cenderung dingin. Di sana juga kondisi jalanan yang lancar dan jarang ada kepadatan lalu lintas. Sehingga habitatnya sangat pas dengan kemapuan si supercar,” ujar Galih Laksono, Pemilik Bengkel kendaraan berkapasitas mesin besar, G-Speed Indonesia, Senin (28/12/2015).
Kelistrikan Bermasalah
Galih melanjutkan, kelembaban dan suhu udara ekstrem ini dapat membuat socket sambungan rusak karena teroksidasi. Sehingga jalur kelistrikan pada sirkuit elektronik komputer mobil supercar bisa bermasalah. Hal ini akan membuat kipas elektrik pendingin mesin terkendala, sehingga panas mesin tidak tereduksi.
“Ketika mesin sangat panas tersebut, akan membuat mesin tidak berfungsi baik bahkan bisa sampai mati. Lebih dari itu, jika pada katup solenoid kopling (merupakan katup yang dikendalikan dengan arus listrik) bermasalah maka kopling tidak akan berfungsi normal,” ujar Galih.
Galih menambahkan, walaupun sudah menggunakan teknologi tingkat tinggi yang didukung oleh material kelas satu, masalah yang sering terjadi pada mobil ber-cc besar yaitu panas yang tinggi bahkan berlebih pada mesinnya.
“Efeknya sampai sejauh mana tentu berbeda-beda untuk setiap jenis mobilnya. Apapun itu tetap harus merawat mobil yang sudah canggih ini agar tetap kering dan tidak lembab. Mungkin bisa ditambahkan kristal penyerap kelembaban yang bisa ditemui di toko aksesori mobil,” ujar Galih.
Editor | : | Agung Kurniawan |
KOMENTAR