Cibubur, Otomania - Saat berkendara di jalan, tentunya kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Kewaspadaan dan antisipasi atas segala kemungkinan, serta konsentrasi penuh sangat dibutuhkan. Salah satu kemungkinan yang biasa terjadi adalah pengereman mendadak.
Bintarto Agung, Presiden Direktur yang juga merangkap sebagai trainer Indonesia Defensive Driving Center mengatakan, pengereman tidak bisa dilakukan sembarangan meski dalam kondisi kaget atau panik. Bila kita tidak mengetahui teknik pengereman dengan baik, maka akan fatal. Apalagi jika rem ditekan sempurna (100 persen) kendaraan akan sulit dikontrol, karena cengkeraman ban terhadap jalan hilang.
"Yang umumnya terjadi saat mengalami kondisi panik adalah rem ditekan 100 persen. Ban akan terkunci dan kehilangan traksi terhadap jalan, sehingga mobil sulit menghindari tabrakan terhadap objek yang ada di depan. Hal ini jadi masalah jika kendaraan belum memiliki teknologi Anti-lock Braking System (ABS)," ujar Bintarto kepada Otomania, Rabu(10/6/2015).
Bintarto mengatakan, setidaknya ada dua teknik pengereman yang digunakan ketika harus melakukan pengereman mendadak dalam keadaaan darurat, khususnya bagi kendaraan non-ABS. Berikut penjabaran singkatnya.
Threshold Braking
Bisa juga disebut teknik pengereman mengambang, dimana rem hanya ditekan 90 persen. Ini dapat membuat cengkeraman ban terhadap jalan tidak seluruhnya hilang, sehingga kemudi masih bisa berfungsi untuk membelokkan mobil.
"Ini bisa dilakukan dengan mengubah sudut telapak kaki. Jika pengereman seratus persen posisi seluruh telapak kaki berada di pedal rem. Namun untuk yang satu ini, posisinya setengah-setengah yaitu ujung kaki di pedal rem dan tumit mengambang dengan posisi lebih rendah dari ujung kaki (membentuk sudut 20-30 derajat). Jadi saat panik rem tidak terinjak sepenuhnya karena tertahan oleh tumit, yang lebih dulu menyentuh lantai mobil," ujar Bintarto.
Cadence or Pulse Braking
Untuk teknik ini biasa disebut dengan pengereman dengan memompa, dengan porsi pengereman 100 persen ke 0 persen, dan diulang-ulang sesuai kebutuhan, hingga kendaraan berhasil menghindari objek tabrak dan berhenti (100 - 0 - 100 - 0 - 100 - 0 - 100).
"Untuk mencegah terjadinya traksi, jalan keluarnya ialah dengan membuat roda mejadi berputar kembali dengan melepas rem (0 persen), sehingga ban memiliki cengkeraman kembali terhadap jalan dan gerak mobil bisa dikendalikan," kata Bintarto.
Bintarto menambahkan, selain dua teknik rem untuk menghindari objek tabrak, pengendara juga harus menjaga kecepatan dan jarak antara kendaraan yang berada di depan pada posisi yang aman. setidaknya dengan hitungan 3 detik.
Editor | : | Azwar Ferdian |
KOMENTAR