Otomania.com - Banyak kendaraan terjebak kemacetan parah selama hampir 22 jam di Jambi.
Lokasi kemacetan berada di jalan sepanjang 15 Km menjelang Simpang Tembesi, Kabupaten Batanghari, Jambi.
Kepadatan kendaraan dimulai sejak pukul 10.00 WIB, Selasa (28/2/2023) dan sampai pukul 08.00 WIB (1/3/2023), dilaporkan kemacetan masih berlangsung.
Rendi, seorang sopir truk batubara mengatakan, dirinya sudah terjebak macet selama lebih seharu semalam.
"Kalau sudah macet lebih dari 12 jam, apalagi sudah lebih sehari semalam, kami sopir batu bara ini kadang yang disalah-salahkan masyarakat, disebut biang kemacetan," kata Rendi, melansir dari Kompas.com, Rabu (1/3/2023).
Pria yang menjadi sopir truk batu bara sejak 2020 ini membeberkan penyebab kemacetan di wilayah tersebut.
Menurutnya, kemcatean yang terjadi sejak 2021 lalu disebabkan aturan pemerintah untuk angkutan batu bara hanya boleh melintas pukul 18.00 WIB malam.
Karena aturan tersebut, semua angkutan batu bara keluar dalam waktu bersamaan, padahal jumlahnya sudah mencapai belasan ribu unit di jalanan.
"Jumlah armada memang banyak, belasan ribu. Kalau batu bara boleh lewat siang, maka kamacetan tidak parah. Kemacetan ini karena ribuan truk batu bara serentak keluar dari tambang, jadi penuh lah jalan," kata Rendi.
Rendi berharap, sistem kuota dan jadwal setiap angkutan batu bara bisa diterapkan pemerintah, tujuannya agar waktu tempuh tidak memakan waktu 3-5 hari di jalanan.
"Masih ada lah sisa uang jalan untuk sopir walau macet-macet begini. Tapi nominalnya sudah kecil. Sementara harga-harga barang terus tinggi," kata dia.
Mengenai persoalan kemacetan ini, Rendi sudah melapor ke atasannya, tetapi pihak perusahaan tambang batu bara maupun pemerintah belum memberikan solusi.
Akibat kemacetan panjang, uang jalan yang diberikan bos Rendi sudah dihabiskan untuk banyak pengeluaran.
Contohnya untuk membayar BBM, makan di jalan, selain itu sopir batu bara juga harus bayar uang ke kantong parkir mulai dari Rp 20.000 dan bervariasi.
Pengeluaran tersebut belum termasuk untuk yang meminta uang di jalanan, hal ini yang menyebabkan pengeluaran sopir angkutan batu bara membengkak dibanding waktu normal.
"Kami sedih melihat masyarakat selalu terjebak kemacetan. Ada orang sakit di ambulans sampai meninggal, anak susah mau sekolah. Tapi kami (sopir batu bara) butuh makan, kami sudah lapor ke bos, tapi tetap tidak ada solusi. Mau tidak mau kamu jalani, setiap hari macet," kata Rendi.
Sumber: https://regional.kompas.com/read/2023/03/01/091016578/kemacetan-22-jam-di-jambi-ikan-mati-sopir-tekor-dan-penumpang-ambulans?page=all
Editor | : | Naufal Nur Aziz Effendi |
Sumber | : | Kompas.com |
KOMENTAR