Otomania.com - Pemerintah sudah mewajibkan per 1 September 2018, solar murni harus diganti dengan biodiesel B20.
Biodiesel B20 sendiri penyusunnya dari campuran minyak nabati 20% dan minyak bumi (petroleum diesel) 80%.
Walau begitu, ada sejumlah kekhawatiran tentang kualitas solar B20 tersebut.
"Dari segi bidang otomotif banyak yang mempertanyakan soal kualitas dari bahan bakar biodiesel itu sendiri," buka Dr. Ing. Ir. Tri Yuswidjajanto Zaenuri, Dosen Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung saat dihubungi, (4/9).
(BACA JUGA: Baru Disegarkan, New HR-V Langsung Jawara Penjualan Honda di Agustus 2018)
Menurut Yus, sapaan akrabnya, faktor yang sering menjadi penyebab kekhawatiran adalah kualitas dari kandungan dan campuran minyak nabatinya itu sendiri.
"Ada fenomena kandungan minyak nabatinya bisa menjadi jenuh akibat perubahan suhu rendah sehingga akan muncul zat asam," jelas Yus lagi.
Kandungan zat asam ini yang dikhawatirkan bisa menyebabkan kerusakan pada ruang bakar mesin.
Kekhawatiran yang lain, masih menurut Yus, adalah mutu campuran biodiesel dengan kualitas yang kurang baik akan menimbulkan bakteri.
(BACA JUGA: Body Kit Aftermarket Xpander Thailand Menjamur, Kalau Masuk Indonesia Diprediksi Laris)
"Bakteri inilah yang bisa menyebabkan campuran nabati dan diesel terpisah, muncul endapan yang akan menyumbat filter bahan bakar," ujar doktor lulusan Jerman ini.
Yus melanjutkan, biodiesel B20 ini paling bagus digunakan untuk kendaraan yang dipakai harian.
"Tinggal dari komitmen pemerintah untuk mengawal dan menjaga kualitas biodiesel B20 agar tidak merugikan banyak pihak," lanjut Yus.
Yus mencontohkan aplikasi biodiesel B20 yang sudah lama digunakan di Amerika Serikat.
"Tidak ada masalah sampai sekarang di sana untuk industri otomotif yang menggunakan B20," tutupnya Yus.
(BACA JUGA: Menanti Penerus Valentino Rossi, Pembalap Muda Penjegal Dominasi Marc Marquez)
Editor | : | Iday |
Sumber | : | GridOto.com |
KOMENTAR