Jakarta, Otomania — Bicara modifikasi jok mobil, Jalan Kebon Sirih Timur, Jakarta Pusat, sudah bukan tempat baru lagi. Namun, seiring perkembangan zaman, lokasi ini mulai dilupakan.
Situasi diperparah dengan kondisi ekonomi tahun ini yang melambat, bahkan dirasakan sampai level perajin jok di Kebon Sirih.
“Sebenarnya bukan tahun ini saja yang sepi pembeli, tapi setelah banyak tukang jok pinggir jalan di berbagai daerah Jakarta, konsumen mulai berkurang,” ujar Dedi, salah satu perajin jok, kepada Otomania, di Kebon Sirih Timur, Jakarta Pusat, pertengahan September lalu.
Pria yang mengaku sudah 30 tahun menggeluti usahanya ini menjelaskan, situasi bisnis dalam satu sampai dua tahun terakhir membuat minat pembeli semakin menurun. Padahal, pada era 1990-an, lokasi ini masih menjadi salah satu favorit konsumen kalau mau memodifikasi jok mobilnya.
“Dulu (pendapatan) kita bisa gunakan untuk makan dan biaya sekolah anak, tapi sekarang dapat buat makan sehari-hari saja sudah untung,” ucapnya.
Bahkan, menurut Dedi, sudah banyak rekannya yang tidak kuat lagi bertahan menghadapi kondisi seperti ini. “Tapi, masih banyak juga yang bertahan. Pasarnya tetap ada, tapi setiap tahun semakin kecil,” katanya.
Strategi
Dedi menjelaskan, meski pasar sudah tidak secemerlang dulu, tetapi ia memilih untuk tetap bertahan. Sebab, ini merupakan usaha satu-satunya yang bisa membuat dirinya bisa menghidupi keluarganya.
Agar bisa bertahan, Dedi memiliki cara tersendiri, yakni tetap mempertahankan kualitas jahitan dan kulit jok yang dijualnya kepada konsumen.
“Sekarang kalau tidak seperti ini, saya tidak bisa menghidupi keluarga. Tidak punya strategi khusus selain mempertahankan kualitas kepada konsumen,” ujarnya.
Editor | : | Agung Kurniawan |
KOMENTAR