Jakarta, Otomania - Ketika ditanya soal dampak buruknya pasar sepeda motor nasional akibat kondisi ekonomi Indonesia yang lesu, dijawab enteng oleh PT Triumph Motorcycle Indonesia (TMI). Paulus B Suranto, Managing Director TMI menyatakan, lesunya pasar tidak berpengaruh pada penjualan sepeda motor berkubikasi besar (moge), khususnya Triumph di Indonesia.
"Inilah serunya, sebenarnya memang industri otomotif secara keseluruhan mengalami penurunan, namun ada beberapa segmen yang sebenarnya tidak tersentuh fenomena ini, antara lain yaitu kelas moge misalnya," ujar Paulus, di Jakarta, Kamis (25/6/2015).
Paulus menambahkan, segmen ini terbilang spesial, karena memang sudah memiliki segmen konsumen sendiri. Para pengguna moge, berbeda karakter dengan kondisi konsumen sepeda motor pada umumnya yang masih memperhitungkan masalah dana.
"Peminatnya kebanyakan berdasarkan hobi dan lifestyle dan mengesampingkan urusan dana. Jika sudah tertarik, langsung bisa dibeli, Jadi bisa dikatakan bahwa Triumph masih stabil," ujar Paulus.
Meskipun mengaku stabil, penurunan penjualan sempat dialami Triumph di awal tahun ini. Tapi, situasi ini, aku Paulus, bukan karena ekonomi yang lesu, melainkan dampak kenaikan Pajak Penambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penambahan Nilai atas Barang Mewah (PPNBM) yang membuat konsumen agak menunda pembelian moge.
"Bayangkan (PPnBM) dari 75 persen naik menjadi 125 persen, ini cukup membuat konsumen kaget. Namun bukan berarti mereka mengurungkan niat untuk membeli, tapi hanya sekedar menunda. Terkait permasalahan ini, Triumph juga sudah memprediksi dan kenaikan harga untuk lini produk kami masih dikatakan wajar sehingga masih sanggup diserap konsumen," ujar Paulus.
Editor | : | Agung Kurniawan |
KOMENTAR