Otomania.com - Dua orang wanita mengalami penyekapan oleh dua orang perampok saat menaiki sebuah mobil angkot.
Korban adalah SR, seorang bidan dan SP yang merupakan perawat di salah satu rumah sakit swasta di bilangan Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
Mereka disekap di dalam angkot selama perjalanan pulang dan beberapa barang berharganya dirampas.
Mengalami kejadian yang membuatnya trauma itu, SR justru mengaku awalnya tak berniat melaporkan para pelaku ke polisi.
"Cuma dari pihak kakak saya tidak terima dan minta agar jangan membiarkan. Ternyata dari pihak rumah sakit juga support, sampai kemarin kami diantar pihak rumah sakit ke Polsek Cimanggis," kata SR saat diwawancarai oleh rekan Kompas.com, Selasa (22/6/2020).
SR menceritakan mengapa ia ragu melaporkan kasus ini ke polisi.
Pertama, ia merasa bersyukur karena dirinya tak dianiaya atau bahkan dibunuh seperti ancaman para perampok yang menyekapnya.
Kedua, ia ragu melapor karena sedikit merasa iba terhadap para perampok itu.
Selama penyekapan, SR merasa ada tingkah yang janggal pada para perampok itu.
"Mereka itu penjahat kok kayak ada sisi baiknya," jelas dia.
Baca Juga: Kopi Jadi Jamuan Terakhir, Sang Kakek Tewas Disambar Pemotor Lain Usai Nyeruput di Warkop
Kembalikan barang-barang di dalam tas
Penyekapan berlangsung selama kurang lebih 4 jam di dalam angkot yang mengarah dari Cimanggis menuju Citeureup.
Selama tengah malam hingga dini hari, SR dan RP dipaksa tengkurap di lantai mobil, tubuh mereka diinjak serta ditutupi kain.
Setiap kali meronta, mereka dipukul dan diancam menggunakan gunting, bahkan sesekali mendapatkan pelecehan seksual.
Kedua perempuan itu akhirnya menyerah dan pilih mengikhlaskan barang-barang berharga mereka, mulai dari ponsel, perhiasan, hingga uang tunai dan saldo rekening di ATM kepada para perampok yang menggeledah isi tas mereka.
Baca Juga: Dosen di Malang Alami Pelecehan Seksual, Ciri-ciri Pelakunya Naik Motor Ini, Terekam di CCTV
Kejanggalan terjadi setelah para perampok itu menggasak uang tunai Rp 2,8 juta dari rekening RP.
"(Perampok) yang turun ke ATM dia ada kasih aba-aba, bisik-bisik dengan temannya, 'sampai jam berapa?'. Itu terdengar sama saya.
Salah satu yang menyekap kita bilang, 'sebentar lagi kalian akan turun'," jelas SR.
Saat itu, tubuh SR masih terimpit di antara kaki perampok yang mendarat di punggungnya serta sound system mobil dekat wajahnya.
Ia tahu tasnya dan RP digeledah. Barang-barangnya dikeluarkan dari tas.
Baca Juga: Toyota Fortuner Kena Diskon Gede, Potongan Harga Lebih dari Rp 40 Juta
Anehnya, jelang janji mereka akan diturunkan, para perampok itu membereskan isi 2 tas yang sudah mereka hamburkan.
"Ini semua barang-barangnya sudah saya bereskan. Nanti kalau ada yang tertukar, tukar saja di rumah.
Saya enggak tahu barang kalian yang mana saja intinya sudah saya masukkan dan rapikan," ujar salah satu perampok dalam ingatan SR.
"(Barang-barang di tas) tidak akan diambil, semuanya nanti saya balikin, kecuali uang dan barang-barang berharga itu," lanjut SR menirukan ungkapan perampok itu.
"Di dompet itu, semua uang diambil, tapi kartu-kartunya dibalikin, Mas.
Baca Juga: Driver Ojol Tertunduk di Kantor Polisi, Nekat Cari Orderan Sambil Edarkan Barang Enak Tapi Haram
Bahkan kartu ATM yang sempat dia gesek punya RP juga dibalikin lagi," kata dia seperti tak percaya.
Para perampok masih menyuruh sopir angkot tersebut untuk mengemudi sesuai instruksi mereka.
Sesekali, para perampok meminta sopir berhenti.
Salah satu dari mereka membeli makanan, satu lagi berjaga di jok samping sopir.
Pintu angkot dikunci, namun tubuh SR dan RP tak lagi disekap.
Setelah perampok kembali masuk ke kabin angkot dan duduk bersama SR dan RP, kalimat-kalimat yang meluncur dari mulut perampok tak lagi melulu soal ancaman.
Baca Juga: Wajib Tahu! SIM Bisa Dicabut Karena Pelanggaran-pelanggaran Ini
"Saya yakin dia baik karena dari kata-katanya itu," ujar SR. Mereka berdua ditanyakan status perkawinannya.
Merasa ngeri dicabuli karena telah diancam demikian sebelumnya, SR dan RP menjawab sudah menikah, meskipun sebetulnya belum.
Mereka tak menyangka bahwa jawaban itu berbalas ancaman bernada "simpatik" dari si perampok.
"Kalian mau ketemu keluarga kalian atau tidak? Kalau mau ketemu, ya sudah, jangan mempersulit biar kita cepat selesai," ujar perampok.
"Pas saya bilang besok dinas pagi di rumah sakit, dia (perampok) malah bilang 'nanti kita antar sampai dekat rumah'," kata SR.
"Jadi kayak masih ada negosiasi. Makanya kita mikir, ini tuh apa sih? Kami enggak ngerti."
Baca Juga: Sikat Handphone Bocah, 2 Jambret Dipukuli dan Ditelanjangi, Kakak Pelaku Datang Meminta Maaf
Para perampok, di akhir episode penyekapan itu, juga sempat menceramahi para korban dengan nasihat berbau agama.
Sebelumnya, perampok itu juga menghardik SR ketika bidan tersebut menyerukan nama Tuhan.
"Saya kayak pingin tertawa saat bapaknya bilang, 'kalian itu makanya sholat, berdoa. Ini jadinya kalian yang kena'," kenang SR.
Diongkosi pulang
Pukul 02.00 WIB, para perampok mengarahkan sopir agar menepi dari Jalan Raya Bogor.
SR dan RP bisa bernapas lega meskipun didera trauma hebat.
Setelah disekap 4 jam dan ponsel serta uang mereka dikuras habis, mereka tak tahu bagaimana pulang ke kediaman masing-masing pada dini hari begitu.
"Tapi ternyata habis sudah lama muter-muter, semua barang akhirnya dibereskan, dia (perampok) memberi ongkos. Saya bingung," ungkap SR.
Ongkos pulang itu sebesar Rp 150.000 yang berasal dari duit rampasan para perampok yang disisakan untuk SR dan RP.
Para perampok menyuruh sopir mengarah masuk ke jalan kecil dekat Pasar Cibinong, Jalan Mayor Oking.
Bersamaan dengan itu, SR dan RP disuruh duduk di jok secara perlahan agar tak menimbulkan kecurigaan orang di luar angkot.
Mereka merasa lemas karena 4 jam disekap tanpa minum dengan tubuh ditindih. Sekujur kepala mereka pusing.
"Kebetulan kaki saya kan ada di kolong bangkunya, terus saya mau bangun kan susah.
Terus, perampoknya malah tanya, 'bisa enggak? Sandalnya mana?',"
Para perampok itu malah yang merunduk dan merangkak mencari sandal bidan dan perawat itu di kolong jok.
"Ini, pakai, duduk yang rapi," ungkap SR menirukan adegan para perampok menyodorkan alas kaki kepada mereka yang kehabisan tenaga.
Angkot tiba di Jalan Mayor Oking. Perampok mengawasi sekeliling dan menutup nomor polisi angkot itu dengan stiker.
Setelah merasa keadaan kondusif, SR dan RP dilepaskan dan diberi ancaman terakhir.
"Kalian jangan sampai teriak. Kalau teriak, kalian akan tanggung akibatnya. Akan kita kejar lagi. Kita enggak akan segan-segan membunuh," ancam perampok itu sambil memelototi mereka yang masih dilanda kebingungan.
"Pas kita turun, dia langsung suruh kita jalan ke depan. Betul-betul disuruh jalan ke depan, karena di depan itu jalan raya," ujar SR.
Baca Juga: Daftar Lengkap Harga Toyota Fortuner Bekas Tahun 2015 Semua Tipe, Rp 200 Jutaan
Dilanda trauma hebat, mereka berjalan kaki cukup jauh hingga Jalan Raya Bogor.
Mereka bingung hendak pulang dengan cara apa karena trauma dan tak punya ponsel untuk memesan taksi online.
"Terus ada angkot nomor 41 lagi. Di dalamnya ada ibu-ibu juga, kami merasa mungkin akan aman," tutup SR soal angkutan yang akhirnya mereka tumpangi hingga ke kediaman masing-masing.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bidan Ungkap Kejanggalan Penyekapan yang Dialaminya, Barang Dikembalikan dan Diberi Ongkos Pulang".
Editor | : | Adi Wira Bhre Anggono |
Sumber | : | Kompas.com |
KOMENTAR