Dengan spek PCD 4x100 off-set 50 dan kisaran harga Rp 4,5 juta, pelek ini bikin tampang Calya lebih ciamik.
3.Pelek Toyota Yaris Heykers
Selain menjadi varian Yaris paling laris, desain peleknya juga termasuk disukai banyak orang. Makanya pelek ini termasuk diburu. Ukurannya 16 inci, PCD 4x100.
Desainnya juga ‘kekinian’ dengan model mirip kipas dengan bilah tajam yang sporty, berukuran 16 inci kombinasi warna polish dan hitam glossy.
“Pelek ini biasa dipakai untuk Toyota Vios, Calya ataupun Agya,” terang Ferry lagi.
Menurut Ferry, pelek Yaris ini juga bisa dipasangkan di Datsun Go, “Tapi bagian center hub mesti dibubut dengan mesin, karena center hub-nya Datsun besar,” katanya lagi.
4.Pelek Honda Jazz RS
Honda sepertinya benar serius mendesain pelek untuk produk-produknya, termasuk Honda Jazz.
Kini yang jadi incaran adalah pelek Honda Jazz RS, “Mulai tahun 2013, tahun 2015 dan 2017, di bawah tahun itu yang model balok sudah tidak terlalu laku di pasaran,” kata Ferry.
Pelek Honda Jazz RS(GE8) tahun 2013 desainnya kaku palang banyak masih disukai, kemudian Jazz RS tahun 2015 sudah mulai model jari-jari dengan aksen black polish, dan Jazz RS 2017 modelnya palang lima black polish.
Pelek OEM Honda Jazz diameter 16x6 inci dengan off-set 50, cocok dipakai untuk Honda Brio atau Honda City, “Tak jarang juga untuk mobil di luar Honda, tinggal ganti dopnya,” katanya.
5.Pelek Hyundai I20
Salah satu pelek yang dicari adalah pelek OEM Hyundai i20.
Pelek hatchback keluaran tahun 2010 ini modelnya jari-jari dengan PCD 4x100, punya spek 16x7 inci off-set 54.
Uniknya desain peleknya mirip-mirip pelek aftermarket OZ.
Apalagi ternyata diketahui kalau pelek ini bikinan pabrikan pelek ATS dari Jerman. “Makanya cocok buat yang mau bergaya rally atau sporty, tinggal ganti dopnya saja,” kekeh Ferry.
Kisaran harga sekitar Rp 3,5-4 jutaan. Untuk aplikasi di mobil Honda atau Toyota, bisa saja.
Hanya saja ada catatan, “Mesti bubut dibesarin center hubnya, karena center hub Hyundai lebih kecil dari Toyota dan Honda,” kata Ferry.
Editor | : | Indra Aditya |
KOMENTAR