Jakarta, Otomania.com – Permasalah di jalan raya kerap melibatkan sesama penggunanya. Kasus paling terkini yang terjadi adalah pembacokan seorang pengemudi yang berprofesi ahli informatika yang terjadi di jalan tol Halim arah Depok setelah terlibat senggolan di jalan raya.
Kasus seperti ini bukan kali pertama terjadi. Masih segar dalam ingatan pada medio 2015 lalu, perkelahian di tol Jagorawi karena saling berebut jalur yang mengakibatkan korban meninggal dunia.
“Kasus seperti ini terjadi karena banyak pengguna kendaraan tidak berempati. Padahal jika kita berempati, nantinya akan berujung pada perilaku sabar selama di jalan dan bertindak defensif saat berkendara,” ucap Jusri Pulubuhu, Training Director Jakarta Defensive Driving Center (JDDC) saat dihubungi, Senin (10/7/2017).
Masalah selama ini antara pengemudi mobil, mereka menggunakan superioritasnya dalam berkendara. Bermula dari bisa menggunakan dan memiliki mobil, yang merupakan penunjuk status sosial dan keberhasilan, membawa kondisi psikis ini di jalan raya.
Ketika salah satu sudah merasa superior, entah karena jabatan yang dimiliki, status sosial atau alasan lain, maka susah untuk bisa berempati dengan pengguna jalan lain. Hukum siapa yang paling kuat ini yang kemudian yang berlaku padahal sudah ada peraturan di jalan raya.
"Untuk mengatasi mental ini caranya adalah dengan terus menerus dididik mengenai peraturan dan keselamatan berkendara di jalan raya. Tidak hanya sekali tapi terus menerus selama orang tersebut masih bisa mengemudikan kendaraan bermotor," ucap Jusri.
Editor | : | Azwar Ferdian |
KOMENTAR