Jakarta, Otomania – Kehadiran sepeda motor dengan teknologi idling stop (start-stop system) saat ini semakin banyak ditemui di pasaran. Fitur ini diklaim dapat membantu menghemat konsumsi bahan bakar dengan cara mematikan mesin saat berhenti di tengah lampu merah atau kemacetan selama beberapa waktu.
Namun banyak pengguna sepeda motor malah mematikan fungsi ini melalui tombol pengoperasian di sepeda motor karena takut aki motor akan terkena masalah. Mereka beranggapan aki bekerja lebih berat karena kondisi mati hidup berkali-kali tersebut.
“Tentu semakin banyak motor melakukan start and stop, semakin sering juga arus aki akan keluar. Ini artinya aki memerlukan waktu pengisian lebih lama. Kalau akinya tidak kuat pasti akan cepat rusak,” ucap Dedy Ismanto, Product Manager Bosch Automotive Aftermarket Indonesia saat ditemui Otomania belum lama ini.
Namun, pengguna motor dengan teknologi canggih ini tidak perlu khawatir. Sebab produsen sepeda motor sudah mempertimbangkan beragam aspek untuk menyematkan teknologi tersebut di produknya.
“Teknologi itu untuk mempermudah dan sudah terbukti. Setiap teknologi diciptakan untuk kemudahan dan efisiensi, yang sudah diperhitungkan oleh produsen. Jadi tidak perlu khawatir,” ucap Dedy.
Masalah pada aki tergantung dari perawatan serta pemakaiannya. Paling banyak terjadi adalah pemilik motor menambahkan beragam aksesori kelistrikan yang membuat aki bekerja lebih keras.
“Saat ini motor sudah sangat bergantung listrik. Siang hari lampu harus menyala, atau beberapa teknologi. Penambahan aksesori yang tidak menimbang kemampuan aki, itu yang merusak aki,” ucap Dedy.
Editor | : | Agung Kurniawan |
KOMENTAR