Jakarta, Otomania - Gaung sepeda motor listrik di Indonesia saat ini sedang membahana. Terutama sejak diperkenalkannya skuter listrik Gesits milik Garansindo dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), serta uji coba yang dilakukan Astra Honda Motor (AHM) bersama Kementerian Perhubungan, belum lama ini.
Melihat euforia ini, tak membuat PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) latah. Alasannya, karena masih banyak yang perlu dipelajari, termasuk menyiapkan infrastruktur hingga harga jual dan layanan purna jual.
"Yamaha sendiri sebenarnya sudah punya di Jepang dan Eropa. Tetapi, kami belum bisa percaya kalau di pasarkan di Indonesia, melihat kondisinya seperti ini," ujar Mohammad Masykur, Asisten GM Marketing YIMM di Yamaha Flagship Shop, Cempata Putih, Jakarta Pusat akhir pekan lalu.
Di Eropa itu sendiri, kata Masykur motor listrik tidak begitu berkembang. Lain dengan mobil yang sukses karena jika dilihat dari jarak tempuh jelas menguntungkan pemilik.
"Kalau motor kan baterainya kecil sehingga jarak tempuhnya juga terbatas. Belum lagi kalau di Indonesia perlu dipertimbangkan daya pengecasannya, apakah masing-masing rumah cukup," kata Masykur.
Belum lagi, menurut Masykur pergantian baterai. Jika sudah tidak bisa digunakan otomatis diganti dengan yang baru, masalahnya bangkai baterainya juga bisa menjadi polusi.
"Secara emisi, gas buangnya nol, tetapi baterainya yang sudah tidak terpakai bagaimana. Belum lagi mengenai bunyi, karena rata-rata tidak memiliki bunyi dan itu sangat berbahaya," ucap Masykur.
Editor | : | Agung Kurniawan |
KOMENTAR