Jakarta, Otomania - Meninggalnya 12 orang akibat terjebak kemacetan panjang menunju Brebes jadi pelajaran berharga. Pasalnya, beberapa dari korban ternyata memiliki riwayat rekam medis, seperti penyakit jantung dan lainnya.
Jusri Pulubuhu dari Training Director Jakarta Defensive Driving Center (JDDC) mengatakan, perjalanan jauh bukan hanya membuat kendaran bekerja ekstra, tapi juga orang yang melakukannya, baik pengendara dan anggota kelurga lain yang ada dalam mobil.
"Perjalanan jauh seperti mudik identik dengan tingkat kelelahan yang super, kondisi ini harus disikapi dengan bijak. Baiknya bagi yang sudah atau pernah memiliki rekam medis seperti masalah jantung, pernapasan, dan lainnya memilih moda transportasi lain yang lebih cepat dan aman, jangan konyol untuk memilih jalur darat karena sudah pasti kondisinya cukup berantakan," ucap Jusri kepada Otomania, Sabtu (9/7/2016).
Menurutnya, perjalanan mudik itu punya jarak tempuh yang bisa bertambah menjadi tiga atau empat kali lipat dari hari biasa. Dalam situasi tertentu, bagi mereka yang memiliki riwayat medis akan riskan menghadapi situasi seperti ini, belum lagi faktor ekternal yang tidak mendukung seperti susahnya mendapat akses pertolongan dan lain sebagainya.
Hal senda juga diutarakan Bintarto Agung, Presiden Direktur Indonesia Defensive Driving Center (IDDC), yang menganjurkan bagi mereka yang memiliki riwayat medis untuk mencari moda trasportasi lain atau tidak melakukan perjalan jauh sama sekali.
"Ini sebenarnya sama seperti saat orang melakukan ibadah haji, selain mereka harus menempuh perjalanan panjang, di sana mereka juga harus memiliki kesiapan fisik yang kuat. Esensinya adalah jangan memaksa kondisi tubuh, bila tetap melakukan tentu ini kontradiktif dan mengundang risiko," ucap Binataro kepada Otomania, Rabu (6/7/2016).
Editor | : | Azwar Ferdian |
KOMENTAR