Jakarta, Otomania - Penjualan mobil makin banyak baik mobil baru ataupun mobil seken. Akibat dari kondisi tersebut timbul fenomena menarik, yakni mulai maraknya pengendara green driver.
Apa yang dimaksud dengan green driver? Jusri Pulubuhu selaku Training Director Jakarta Defensive Driving Center (JDDC), mengatakan bahwa green driver adalah kelompok atau golongan orang yang sudah bisa membawa mobil namun baru memiliki mobil.
"Green driver ini pengendara yang ada di kelas entry level, artinya bukan mereka baru bisa membawa mobil tapi mereka baru hijrah atau pindah menggunakan mobil dari sebelumnya mungkin menggunakan sepeda motor. Dalam terminologi berkendara, ada tiga kategori pengemudi yang di bedakan dari jam terbang, masa periode 18 bulan itu green driver, 18 bulan sampai tiga tahun intermediate, dan lebih dari tiga tahun masuk dalam kategori expert ini bukan hanya dari data tapi bisa dilihat sendiri realitasnya di jalan," ucap Jusri saat berbincang dengan Otomania, Selasa (14/6/2016).
Menurutnya, prilaku para green driver ini tidak bisa disamakan dengan intermediate apa lagi expert. Tingkat kecendrungan kondisi green driver cukup tinggi dan masih labil saat membawa mobil.
Meski dinilai cukup wajar karena tidak memiliki jam terbang tinggi, tapi prilaku berkendara green drive di jalan raya cukup membahayakan, terutama untuk pengguna jalan lain. Oleh karena itu, pengguna dan pengendara jalan raya yang ada di sekelilingnya wajib waspada, karena dampak terburuk biasanya justru dialami oleh pengguna jalan lainnya.
"Prilaku green driver itu biasanya sangat hati-hati, tapi dampak dari hal itu bisa berujung pada situasi yang di luar kendali. Contoh, saking hati-hatinya mereka sering berkendara pelan di lajur cepat, akibatnya menimbulkan kemacetan. Ketika ingin memutar balik, mereka bermanuver secara belahan tanpa ada perhitungan lain yang membuat penyumbatan kemacetan, ini contoh yang nyata," papar Jusri.
Masalah green driver ini tidak lain tidak bukan karena kurangnya jam terbang dan proses adaptasi. Bahkan parahnya lagi menurut Jusri banyak dari mereka yang menganggap mengendarakan mobil sama saat mereka membawa motor, padahal dari sisi dimensi saja sudah berbeda.
"Contohnya saat akan berbelok, mereka kurang antisipasi dalam hal bermanuver dan pentingnya menggunakan komunikasi indikasi. Terkadang mereka kasih sein dan langsung belok, selain membahayakan hal ini tentu membuat geram pengendara lain yang ada di belakangnya. Saat berbelok baiknya itu lakukan komunikasi melalui sein maksimal 30 meter sebelum akan berbelok," ucap Jusri.
Editor | : | Azwar Ferdian |
KOMENTAR