Jakarta, Otomania - Rio Haryanto sudah menyelesaikan tiga seri dalam musim balap Formula 1 (F1) 2016. Dua di antaranya sukses mencapai garis finis tanpa kendala, tapi masih bertenger di posisi belakang.
Selain karena masalah adaptasi Rio dan degradasi ban, penyebab lain adala karena tim Manor Racing sendiri yang masih beradaptasi pada kondisi mobil. Disampaikan oleh M Wahab S selaku pengamat dan pendiri Komunitas Formula 1 di Indonesia, yang mengatakan tahun ini merupakan pertama kali Manor Racing menggunakan mesin Mercedes-Benz.
"Manor Racing sebelumnya menggunakan engine Ferrari, pakai Mercedes-Benz baru tahu ini. Tentu banyak pengembangan dan adaptasi yang harus dilakukan. Kalau melihat dari karakter, mesin Mercedes-Benz itu kencang di trek lurus, coba saja perhatikan mobil F1 lain yang menggunakan mesin Mercedes-Benz seperti Roseberg dan Hamilton. Tapi kalau melihat mobil Manor masih lamban saat masuk tikungan (slow in), begitu juga saat keluar (fast out)," papar Wahab kepada Otomania, Minggu (17/4/2016).
Tikungan pada sikruit menjadi salah satu kendala Rio bersama MTR05 yang dikendarainya. Tapi bila bicara soal kecepatan di trek lurus tidak perlu diragukan, hal ini dibuktikan sendiri, bahwa Rio bisa masuk dalam daftar 10 pebalap tercepat saat di Shanghai.
"Tidak ada yang bilang bahwa mobil Manor itu tidak kencang, apalagi pakai engine Mercedes-Benz, perhatikan perkembangan Rio dan Pascal dalam dua balap terakhir ini, gap waktunya cukup beda jauh dari pertama. Mesin Mercedes itu memang kencang di lintasan lurus, bahkan lebih dari Ferrari sekalipun," ucap Wahab.
Menurutnya, selain masalah kehandalan Rio untuk mengatur ritme traksi yang pas agar dapat tenaga yang maksimal saat masuk dan keluar tikungan , lambatnya mobil di tikungan juga dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti sistem suspensi, engine map, serta aerodinamika.
Untuk mengatasi hal ini perlu ada pengembangan lagi oleh Manor terhadap mobilnya, terutama dalam hal aerodinamika agar mobil bisa stabil saat masuk dan keluar tikungan.
"Dalam sejarah, mobil tercepat itu bukan yang terbaik. Contoh mobil Red Bull, itu benar-benar mengandalkan sistem aerodinamika yang cukup baik, jadi saat masuk dan keluar tikungan mobil tetap stabil. Di sini Rio harus pintar berkomunikasi dengan tim, agar bisa melakukan pengembangan agar lebih baik," ucap Wahab.
Editor | : | Azwar Ferdian |
KOMENTAR