Jakarta, Otomania -Minat pemilik kendaraan untuk mengasuransikan kendaraannya masih sangat sedikit di Indonesia. Padahal dengan mengandalkan asuransi, pemilik kendaraan bisa hidup tenang tanpa pusing akan kendaraannya.
Dibandingkan dengan Singapura, kesadaran akan asuransi di Indonesia sangat jauh berbeda.
Pernyataan tersebut disampaikan Eddy Ismanto, SVP Corporate Secretary Asuransi Astra kepada Otomania, pada acara "safety riding for journalist" di Polda Metro Jaya, Sabtu (5/12/2015).
"Penduduk Singapura yang tidak mengikuti asuransi hanya sekitar 2 persen, berbanding terbalik dengan yang ada di Indonesia. Di sini secara perorangan, asuransi baru menyentuh 10 persen sampai 15 persen pemilik kendaraan. Jadi masih tersisa cukup banyak sekali," ujar Eddy.
Eddy melanjutkan, asuransi kendaraan bermotor, khususnya roda dua, masih sebatas inisiatif lembaga pembiayaan (leasing), bukan dari kesadaran para pemilik kendaraan sendiri. Jadi Ketika kredit kendaraan sudah selesai, maka asuransinya juga berhenti.
Mengikuti Kredit
Jadi, lanjut Eddy, pasar asuransi kendaraan di Indonesia, tergantung dari seberapa banyak mobil atau motor yang di jual dengan pembayaran kredit. Memang setelah dievaluasi, kendaraan yang pembayarannya dengan kredit mencapai 80 persen. Namun, usia asuransi tersebut terbatas, hanya pada jangka waktu kredit saja.
"Kalau perkreditannya naik, asuransi otomatis naik, dan begitu sebaliknya. Namun, usia asuransi tersebut juga terbatas, tergantung dari lamanya kendaraan dikredit. Masih sangat jarang, pemilik kendaraan yang memperpanjang asuransi setelah kredit lunas," tutur Eddy.
Editor | : | Agung Kurniawan |
KOMENTAR