Tangerang, Otomania – Masyarakat di Indonesia belum banyak yang mengenal kehadiran mobil berteknologi hibrida. Mobil yang memiliki kemampuan dengan dua sistem penggerak itu cenderung dianggap hanya bisa dimiliki oleh orang-orang kaya, bukan sebagai simbol kesadaran terhadap lingkungan.
Hal itu terjadi karena harga mobil hibrida disebut masih terlalu mahal. Sebagai contoh, mobil hibrida pertama di Indonesia, yaitu Toyota Prius, harganya Rp 635,9 juta. Model hibrida kedua dari Toyota, yaitu Camry Hybrid, dilepas dengan harga Rp 748,5 juta, sedangkan Alphard Hybrid dijual Rp 1,3 miliar. Sementara untuk merek lain, Honda CR-Z dibanderol Rp 519 juta dan Nissan X-trail Hybrid yang akan dipasarkan pada November 2015 dilepas Rp 600 juta.
Dadi Hendriadi, GM Technical Service Toyota Astra Motor, mengatakan, segmen mobil hibrida butuh bantuan pemerintah dengan regulasi yang bisa membuatnya lebih murah. Teknologi hibrida merupakan salah satu solusi buat mesin pembakaran dalam agar tetap bisa mengikuti kebijakan global tentang emisi bahan bakar yang semakin mengetat.
“Sebenarnya kan teknologi hibrida mendukung program pemerintah tentang efisiensi bahan bakar dan rendah emisi karbon. Harga jual kendaraan bukan hanya dari biaya produksi, kalau bisa dikurangi dari pajak harganya bisa lebih murah,” kata Dadi.
Tanggapan serupa datang dari Donny Saputra, Kepala Pengembangan Produk SIS R4. Sampai saat ini, dikatakan program hasil moda transportasi kendaraan bermotor roda empat yang hemat energi dan harga terjangkau (KBH2) baru low cost green car (LCGC).
“Kita masih tunggu detail peraturan tentang hibrida dari pemerintah. Kami dari Suzuki yakin pemerintah pasti akan mengarah ke sana. Kami berharap pemerintah juga bisa mewujudkan dengan cepat insentif buat agen tunggal pemegang merek (ATPM) agar mobil hibrida bisa diterima masyarakat luas,” kata Donny.
Editor | : | Erwin Hutapea |
Sumber | : | KompasOtomotif |
KOMENTAR