Jakarta, Otomania – Salah satu alasan utama Toyota Indonesia melahirkan Grand New Avanza pada pertengahan Agustus ini, karena semakin ketatnya persaingan di segmen kendaraan multiguna bawah (low multi-purpose vechile/LMPV). Mulai masuknya beberapa merek ke segmen ini, seperti Suzuki lewat Ertiga, Honda Mobilio, Nissan Evalia, bahkan Chevrolet Spin yang gagal, ikut memeriahkan segmen ini.
Lebih berat lagi, tahun ini pasar otomotif nasional belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Daya beli masyarakat menurun, kapasitas produksi meningkat, mengakibatkan stok mobil menumpuk, perang diskon berlangsung, namun tidak juga berhasil mendongkrak penjualan.
Suparno Djasmin, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM) mengatakan, duat Grand New Avanza dan Veloz bisa mengembalikan penguasaan pangsa pasar Toyota di segmen LMPV. Tahun ini, jelas Abong, rata-rata ritel Avanza di level 11.000-12.000 unit per bulan.
Hasil ini diperoleh di saat jumlah stok sumah menipis dan menikmati pangsa pasar LMPV sampai 47 persen. "Dengan model baru, diharapkan volume penjualan naik menjadi 13.500 hingga 15.000 unit per bulan, seperti tahun-tahun sebelumnya,” kata Abong, di Ballroom Hotel Raffles, Jakarta, Rabu (12/8/2015).
Selain pangsa pasar, Avanza diharapkan mampu menopang penjualan secara total. Maklum, Avanza bukan cuma model terlaris Toyota tapi juga paling laku di seluruh Indonesia.
Avanza lebih dari sekedar tulang punggung Toyota. Ketika TAM berhasil meraih penjualan rata-rata 30.000 unit per bulan, maka 40 persen merupakan sumbangan Avanza. Sejak diluncurkan 12 tahun yang lalu, Avanza masih jadi fenomena, belum tergeser statusnya sebagai mobil terlaris di Indonesia.
Di pasar low MPV, Avanza menguasai pasar sekitar 30 persen. Contohnya, dari data penjualan retail TAM Januari-Juli 2015, low MPV terjual sekitar 590.000 unit. Avanza berkontribusi 170.000-an unit. Adanya model baru diharapkan meningkatkan market share di kelasnya menjadi 32-33 persen.
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | KompasOtomotif |
KOMENTAR