Jakarta, Otomania - Kondisi tertib berlalu lintas di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Marcell Kurniawan Trainer The Real Driving Center (RDC), menyebut bahwa pengendara di Indonesa banyak yang berstatus tidak kompeten dan menjadi faktor terbesar penyebab kecelakaan.
Data soal kecelakaan lalu lintas pada 2014 lalu menyebutkan, dalam satu jam rata-rata tiga orang meninggal dunia di jalan raya. Dari angka tersebut, sekitar 70 persen kecelakaan melibatkan pengendara roda dua.
"Mereka sesungguhnya sadar akan bahaya yang menimpa ketika tidak mematuhi aturan berkendara. Namun, kebanyakan tidak perduli dengan hal tersebut. Mungkin saja untuk kemampuan berkendara sudah banyak yang bisa, namun sikap acuh terhadap aturan lain dan perilaku negatif yang melekat, membuat mereka meremehkan betapa berharganya nyawanya dan juga keluarganya," ujar Marcell kepada Otomania, Kamis, (14/5/2015).
Marcell mencoba berbagi pengetahuan terkait upaya menyadarkan masyarakat agar berkendara tertib dan aman. Pertama, dengan cara memunculkan bayangan bahwa kecelakaan bisa menyebabkan kemiskinan, entah itu untuk korban sendiri maupun untuk pelaku (penabrak).
"Bisa dibayangkan betapa mengerikannya, jika kita mengalami cacat tetap tanpa bisa melakukan apa apa Bayangkan juga meninggalnya kepala keluarga yang memiliki tanggungan anak anak yang masih kecil," kata Marcell.
Kedua adalah pengendalian pihak yang berwenang, dalam hal ini Kepolisan Indonesia harus tegas secara terus menerus, dan jangan mudah untuk disogok. "Seperti operasi simpatik seharusnya dilakukan sesering mungkin, jangan sampai ada jeda yang cukup lama sehingga bisa mengemballikan karakter negatif pengendara. Dibutuhkan sikap tegas untuk membuat efek jera," ujar Marcell lagi.
Terakhir adalah persulit proses dalam pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM). Pastikan pemohon harus terlebih dahulu lulus pelatihan safety riding, "Semakin mudah mendapatkan SIM, semakin banyak bermunculan pengendara yang tidak kompeten di jalanan," tutur Marcell.
Editor | : | Azwar Ferdian |
KOMENTAR