Otomania.com - Di balik WorldSBK Indonesia 2021, ternyata masih ada warga terpenjara di tengah sirkuit Mandalika, begini kisahnya.
Gelaran WorldSBK Indonesia dan Idemitsu Asia Talent Cup (IATC) 2021 tengah menjadi perhatian pencinta motorsport Tanah Air maupun luar negeri.
Pasalnya dua ajang balap kelas dunia tersebut jadi gelaran pertama sirkuit Mandalika atau yang dikenal dengan nama resmi Pertamina Mandalika Internasional Street Circuit setelah diresmikan Presiden RI Joko Widodo.
Saat balapan berlangsung, suara motor meraung-raung dengan kecepatan ratusan km/jam terdengar nyaring di Sirkuit Mandalika.
Baca Juga: Layout Sirkuit Mandalika Ternyata Mirip Banget Pulau Ini, Pasti Banyak yang Belum Sadar
Suara motor itu semakin mendekat tatkala para pebalap melewati Tikungan 5, 6, 7, dan 8.
Bagi pencinta balap motor, suara knalpot dari mesin berkapasitas lebih dari 300cc sampai 1000cc adalah keindahan.
Berbeda dengan warga Dusun Bunut, Desa Kuta, Lombok Tengah. Suara motor berkecapatan tinggi itu terasa mengganggu, berisik sekali.
Namun, mereka tak bisa melawan suara tersebut. Warga Dusun Bunut memaklumi hajatan World Superbike (WSBK) 2021 di Sirkuit Mandalika pada 19-21 November 2021.
Sebab, hajatan level internasional itu adalah langkah kebangkitan warga Lombok di tengah pandemi yang semena-mena menghajar manusia di Planet Bumi.
"Kalau terganggu (suara motor) pasti iya, tapi mau gimana lagi," kata Reme kepada Kompas.com, Jumat (19/11/2021).
Dusun Bunut berada di tengah-tengah Sirkuit Mandalika, tepatnya di sisi kanan pebalap ketika rider melewati Tikungan 5, 6, 7, dan 8.
Tanah mereka belum dibeli, alhasil mereka bertahan di dalam venue bersamaan WSBK Mandalika berlangsung.
Di Dusun Bunut, ternyata masih bertahan sekitar 48 kartu keluarga (KK).
Dari 48 KK tersebut, masih ada banyak balita di dalamnya. Sementara suara motor tak bisa melihat usia ataupun lawan jenis siapa yang mendengarnya.
Bagi balita, jam tidur mereka tak seperti orang dewasa. Mereka butuh banyak waktu untuk memejamkan mata.
Karena terdengar keras, suara knalpot motor balap ber-cc tinggi tentu sangat mengganggu bagi para balita.
Baca Juga: Bukan Pakai Jampi-jampi, Begini Cara Kerja Pawang Hujan Modern di Sirkuit Mandalika
Semenatara itu, sekitar bulan Oktober lalu, warga Dusun Bunut bahkan pernah "terpenjara" di tengah Sirkuit Mandalika lebih dari satu minggu lamanya.
Mereka tak bisa keluar maupun masuk dari daerah mereka.
Pasalnya, hanya ada dua jalan untuk akses keluar masuk ke Dusun Bunut, yakni melewati dua terowongan berbeda yang dibuat.
Nahasnya, drainase dari terowongan itu masih belum sempurna ketika hujan hadir pada Oktober dan menyebabtkan genangan setinggi dada pria dewasa.
Genangan di dua terowongan tersebut sekaligus memutus akses keluar masuk Dusun Bunut.
"Lebih dari satu minggu tidak bisa keluar masuk ke sini. Terus kami memotong pagar besi dari sirkuit untuk minta pertolongan," kata Suprayadi, warga Dusun Bunut.
"Baru pihak kontraktor datang lalu menyedot air. Tapi kalau sekarang sudah ada drainase, jadi tidak menggenang lagi," ujarnya melanjutkan.
Warga Desa Bunut sejatinya bersedia untuk pindah. Beberapa dari mereka juga sudah memiliki tujuan daerah baru untuk disinggahi.
Soal harga, ITDC dan warga juga sudah sepakat di angka Rp. 75 juta per are (100 meter persegi).
Rata-rata dari mereka memiliki lebih dari 20 are untuk satu keluarga besar (lebih dari satu KK).
"Harga tanah sudah setuju Rp. 75 juta per are. Tapi ini ada bangunan, dan mereka belum kasih harga (untuk bangunan)," kata Suprayadi.
"Kami bersedia pindah, tetapi tanah dan bangunan belum dibayar," kata dia.
Selama WSBK Mandalika berlangsung, warga Dusun Bunut harus memakai gelang pengenal untuk bisa akses keluar masuk.
Tanpa gelang tersebut, mereka tak bisa melewati penjagaan ketat WSBK Mandalika.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Warga "Terpenjara" di Tengah Sirkuit Mandalika