7. Yamaha RX-Z (1985)
Setelah Yamaha RX-King lahir, giliran Yamaha RX-Z muncul, dengan panjang langkah silinder 56 x 54 mm, sedangkan RX-King 58 x 50 mm.
Karena hal tersebut, Yamaha RX-Z punya tagline sang penjelajah, karena memang tarikan napasnya lebih panjang kalau digeber.
Secara tampilan RX-Z pakai kedok lampu, undercowl, sampai model knalpotnya bikin RX-Z terlihat lebih modern dan racy dibandingkan RX-King.
Selain itu, ada versi full fairing dari RX-Z yang diberi nama Yamaha RZ-R.
Baca Juga: Yamaha RX King Generasi 2002-2006, Ada Edisi Terbatas Cuma Segini Unitnya
8. Yamaha RX-R (1988)
Selanjutnya adalah Yamaha RX-R, yang untuk unit atau populasinya memang sedikit di Indonesia.
Selain itu unitnya kurang laku dibandingkan dengan RX-King karena desainnya sama,
Tapi kubikasinya lebih sedikit jadi kesannya nanggung banget. Yamaha RX-R menggunakan mesin 115 cc yang mirip dengan Yamaha RX-Special.
Untuk zaman sekarang, Yamaha RX-R dengan kondisi baik jadi collector's item bagi para pecinta Yamaha RX-series karena emang langka.
9. Yamaha RX-King Master (1996)
Generasi kedua dari Yamaha RX-King ini muncul di tahun 1996 hingga 2001.
Perbedaannya dengan RX-King Cobra, mulai RX-King Master mesinnya sudah dibuat di Indonesia.
10. Yamaha New RX-King (2002)
Meluncurnya Yamaha New RX-King ini adalah generasi terakhir dari keluarga RX-King sebab dihentikan produksinya karena regulasi emisi.
Padahal pada Yamaha RX-King New ini sudah ada catalytic converter di bagian knalpot sehingga emisinya bisa ditekan.
Selain itu, dengan adanya catalytic converter, asapnya tidak ngebul seperti generasi lamanya, sehingga sering dikatakan RX-King empat tak karena tak ada berasap.
Uniknya, di New RX-King lampu depannya kembali membulat seperti RX100 dan RX125.
Dan, Yamaha RX-King dengan segala perjalanan panjangnya harus dihentikan produksinya pada tahun 2008 Silam.
Namun karena namanya yang sudah legendaris, justru sekarang harganya menjadi tinggi.
Jika unit Yamaha RX-King ini kondisinya bagus terawat, harganya dijamin tinggi.
| Editor | : | Naufal Nur Aziz Effendi |
KOMENTAR