Otomania.com – Sudah ada sejak tahun 1800-an, ternyata baterai mobil listrik awalnya enggak bisa diisi ulang, begini sejarahnya.
Sebetulnnya, mobil listrik sudah lahir sejak lama, pertama kali dirancang oleh Robert Anderson dan Thomas Davenport pada era 1800-an.
Namun, tentu saja teknologi perkembangan baterai mobil listrik saat itu belum secanggih sekarang.
Kedua penemu mobil listrik ini pun baru bisa menggunakan baterai yang tidak dapat diisi ulang.
Kemudian baru pada tahun 1865, Gaston Plante dari Prancis menemukan rechargeable lead-acid battery, yang dapat diisi ulang.
Lalu selang beberapa tahun kemudian, Camille Faure, masih dari Prancis, menyempurnakan desain baterai yang dapat diisi ulang.
Hal ini turut membuat mobil listrik, menjadi semakin aman dan praktis bahkan sempat populer saat itu.
Selain lead-acid battery, baterai nikel logam hibrida (NiMH) juga kerap dipakai pada mobil listrik zaman dulu.
Bahkan, General Motor juga menggunakan baterai jenis ini pada EV1 yang diproduksi pada tahun 1973.
Baca Juga: Indonesia Siap Produksi Baterai Kendaraan Listrik, Pabriknya Nampak di Halmahera
Spesifikasi baterai NiMH dianggap lebih unggul ketimbang lead-acid battery. Karena bobotnya diklaim lebih ringan sehingga bisa mengurangi energi untuk mendorong mobil.
Baterai NiMH juga memiliki kepadatan energi yang lebih besar dari lead-acid battery.
Punya kelebihan dan kekurangan
Di balik kelebihannya, baterai NiMH juga punya kekurangan. Misalnya efisiensi pengisiannya ternyata lebih rendah dari jenis baterai lainnya.
Masalah lainnya, pengisian daya baterai ini sangat tergantung dari kondisi suhu di sekitarnya. Hal ini pula yang membuat baterai NiMH kurang ideal dipakai di lingkungan iklim tropis.
Hadir sebagai jawaban adalah baterai lithium-ion (Li-ion), yang kini dianggap sebagai standar baterai bagi kendaraan listrik.
Baterai Li-ion punya banyak jenis, dan punya karakteristik berbeda. Tapi produsen kendaraan biasanya memilih baterai dengan usia dan daya tahan paling lama.
Dibandingkan dengan beberapa jenis baterai di era modern, Li-ion punya beberapa keunggulan. Ia punya kepadatan energi yang baik, sehingga ideal untuk mobil listrik.
Baterai Li-ion juga sangat baik dalam mempertahankan energi, dengan performa pengisian ulang yang lebih baik dari baterai jenis NiMH.
Baca Juga: Jangan Keliru, Sama-sama Pakai Baterai, Ini Perbedaan Mobil Listrik dan Mobil Hybrid
Namun, baterai Li-ion juga punya beberapa kelemahan, salah satunya soal harga yang paling mahal dibanding jenis baterai lainnya.
Ada juga isu soal panas berlebih ketika pengisian ulang yang dapat memicu kebakaran atau ledakan.
Pernah ada lho kasus pada Tesla Model S yang terbakar karena meningkatnya suhu baterai saat pengisian ulang.
Meski begitu, kini segala upaya telah dilakukan untuk meningkatkan keselamatan bagi mobil listrik yang menggunakan baterai Li-ion.
Terlebih baterai ini tetap menjadi pilihan beberapa produsen mobil listrik, karena kelebihannya yang dirasa lebih banyak ketimbang kekurangannya.
Tampaknya baterai jenis inilah yang masih akan mendominasi karena mampu menyimpan dan mengisi ulang daya lebih baik.
Sementara lead-acid battery dan baterai NiMH tak lagi jadi pilihan, meski baterai jenis ini masih kerap dipakai dalam industri otomotif.
Editor | : | Naufal Nur Aziz Effendi |
Sumber | : | GridOto.com |
KOMENTAR