"Banyak (sales motor, sales mobil datang ke Pundong III). Tapi rata-rata masyarakat juga tidak melirik, waktu pencairan juga banyak sales tapi nggak ada yang tertarik lah," ucap Pekik.
Pekik menuturkan, proses pencairan uang ganti rugi kepada warga Dukuh Pundong III dilakukan pada awal Agustus lalu.
"Sudah semua, cuman memang ada yang belum karena proses administrasinya yang kurang lengkap, karena meninggal. Bukan penolakan, tapi soal administrasi," tuturnya.
Dia mengungkapkan, warga rata-rata bekerja sebagai buruh tani, buruh pabrik, dan buruh harian lepas.
Pemerintah desa, kata dia, juga memberikan arahan kepada warga agar uang ganti rugi digunakan untuk hal yang bermanfaat.
"Kalau dari pemerintah desa memang memberi arahan jangan untuk foya-foya, dan kebetulan memang masyarakat sudah pintar mengelola uang. Kebanyakan digunakan dari tanah kembali ke tanah, untuk beli tanah, membangun rumah dan ada juga yang rencana untuk usaha," bebernya.
Baca Juga: Penting! Ini Arti Rambu Penunjuk Warna Hijau dan Biru di Jalan Tol, Kenali Sebelum Mengemudi
TETAP ADA YANG BELI BANYAK MOBIL
Namun demikian, ada juga warga yang menggunakan uang ganti rugi untuk beli mobil dan sepeda motor.
"Ada yang satu orang beli mobil tiga sekaligus, ada juga yang beli tanah sama membangun (rumah)," tegasnya.
Sementara itu, salah satu warga Pundong III Sumarsih menuturkan, banyak sales yang datang untuk membagikan brosur kendaraan ke warga.
Namun, dirinya dan keluarga memilih menggunakan uang ganti rugi tersebut untuk membeli tanah dan membangun rumah.
"Ya kalau orang kampung dari tanah kembali ke tanah lagi, mobil itu ya orang-orang tertentu yang butuh. Dapatnya berapa, untuk beli tanah, membangun rumah," ucapnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Terima Ganti Rugi Tol Yogya-Bawen, Warga Tirtoadi Sleman Mendadak Jadi Miliarder",
Editor | : | Dimas P |
Sumber | : | Kompas.com |
KOMENTAR