Menurut keterangan sang sopir, nama panggilan kakek tersebut adalah Agus Bulaloa, tetapi yang bersangkutan tidak memiliki identitas yang jelas.
"Demi kemanusiaan, tadi malam kami telah memulasara dan memakamkan jenazah almarhum yang tidak beridentitas ini," ujar Herman kepada Kompas.com melalui WhatsApp, Minggu (3/5/2020).
Herman menyebutkan, almarhum sebelumnya telah menjalani rapid test dengan hasil reaktif.
"Jadi artinya belum tentu positif corona, tapi dipulasara dan dimakamkan sesuai dengan protokol Covid-19.
SOP-nya seperti itu," tutur Herman. Herman mengatakan, untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, Puskesmas Jatinangor juga sudah melakukan rapid test kepada sopir angkot yang membawa almarhum.
"Hasilnya negatif," sebut Herman. Herman menambahkan, kepada warga Sumedang tidak perlu cemas dan khawatir, apalagi sampai ketakutan.
Selain belum tentu terpapar corona, semua tahapan dan ketentuan pemulasaraan maupun pemakamannya benar-benar dilakukan secara tertib, sehingga aman bagi warga Sumedang, di sekitar lokasi makam.
"Takut itu wajar agar selalu waspada. Yang tidak boleh itu ketakutan karena akan mengesampingkan logika. Kejadian ini di luar kehendak kita, sebagai manusia beriman dan berakal budi, kita harus mengurus jenazah sebagaimana mestinya.
Ini tugas kemanusiaan. Kemuliaan kita sebagai mahkluk sosial ditentukan oleh empati dan kepedulian kita kepada sesama," kata Herman.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ditolak Rumah Sakit, Seorang Kakek Reaktif Corona Meninggal di Angkot".
Editor | : | Adi Wira Bhre Anggono |
Sumber | : | Kompas.com |
KOMENTAR