Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Street Manners: Malas Pindah Gigi Transmisi Manual, Ini Risikonya

Parwata - Rabu, 26 Juni 2019 | 14:20 WIB
Ilustrasi tuas trnasmisi manual
YourMechanic.com
Ilustrasi tuas trnasmisi manual

Otomania.com - Dibanding dengan mobil bertransmisi matic menggunakan mobil manual memang lebih melelahkan.

Karena setiap perpindahan gigi harus menginjak pedal kopling, menjadikan pengemudi malas untuk mengoper gigi transmisi.

Belum lagi saat perjalanan terjebak lalu lintas padat atau kemacetan.

Hal tersebut, menjadikan banyak pengemudi mobil bertransmisi manual membiarkan di satu posisi gigi saja, kecuali saat menanjak atau berhenti total.

Biasanya gigi trnasmisi yang dipilih adalah di posisi gigi 3 atau 4, karena masih bisa didukung torsi mesin mobil.

Baca Juga: Street Manners : Pada Usia Berapakah Pengemudi Bisa Mendapatkan SIM?

Meski hal tersebut hemat tenaga, Sony Susmana, selaku Training Director Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) mengatakan.

Cara mengemudi seperti itu atau praktek tersebut tentunya tidak tepat.

"Ketika mobil tersebut bertransmisi manual, ya risikonya harus berpindah-pindah gigi sesuai dengan RPM-nya, baik itu saat akselerasi maupun deselerasi," ungkapnya, dikutip dari GridOto.com.

Sony juga melanjutkan, "Sebagai seorang operator kendaraan, pengemudi wajib melakukan standar yg dibakukan oleh aturan yang berlaku demi keamanan."

Ia juga mengatakan, bahwa kondisi lalu lintas tidak boleh dijadikan sebagai alasan untuk tidak mengganti posisi gigi trnasmisi.

Baca Juga: Street Manners: Potensi Bahaya Mengemudi Pakai Sandal Jepit, Jadi Lamban

Karena jika hal tersebut dibiarkan di posisi satu gigi, RPM mesin bisa tidak berada pada power band torsi.

Sehingga respons mobil bisa menjadi lambat saat benar-benar dibutuhkan.

Selain itu Sony juga mengatakan bahwa memacu mesin secara paksa dari gigi yang tinggi, gigi 4 ke atas, pada RPM rendah biasanya dapat menyebabkan terjadinya knocking.

"Dalam jangka panjang, knocking dapat membuat performa mesin berkurang, bahkan sampai rusak," ujar Sony.

"Dari sisi defensive driving, akselerasi dilakukan secara halus dan bertahap supaya pengemudi tidak memaksakan mesin untuk naik ke RPM tinggi," lanjutnya.

Baca Juga: Street Manners: Lane Merging Tidak Ada Aturan Khusus, Tapi Butuh Etika

Tidak hanya itu saja, Sony juga mengatakan bahwa malas mengoper gigi juga bertentangan dengan salah satu tujuan dari defensive driving, yaitu Eco Driving.

"Prinsip dari Eco Driving adalah mengoper gigi maksimal di RPM 2.500 pada setiap akselerasi, sehingga konsumsi bahan bakar menjadi irit," kata Sony.

"Defensive driving bukan irit pindah gigi, tapi memahami cara operasional kendaraan dengan benar sehingga irit bahan bakar, kendaraan terawat, juga tidak membuat pengemudi menjadi agresif." tutup Sony Susmana

Editor : Parwata
Sumber : GridOto.com

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa