Otomania.com - Melemahnya Rupiah dari Dollar Amerika Serikat sampai berdampak juga ke sektor otomotif, khususnya barang impor menjadi melejit.
Dampak yang dirasakan oleh produsen atau bahkan importir umum, yaitu penjualan semakin merosot.
Sebab, konsumen lebih baik menunda pembelian sampai kondisi perekonomian kembali normal.
Menurut Rudy Salim, Presiden Direktur Prestige Image Motorcars, ketika dollar terus naik, maka tidak sedikit konsumen yang membatalkan membeli mobil.
(BACA JUGA: Belum Diketahui Sudah Perbaikan ECU Atau Belum, Hasil Tes Privat Yamaha di Misano Masih Terpuruk)
Faktornya sangat banyak, selain pajak, kondisi nilai tukar mata uang juga mempengaruhi.
"Sudah menjual mobil karena pajak, ditambah lagi dollar yang terus naik. Semakin sulit lagi menjual mobil seperti ini," ujar Rudy akhir pekan lalu di kawasan Pluit, Jakarta Utara.
Alhasil, kata Rudy ada juga konsumen atau teman yang akhirnya memutuskan membeli mobil di luar negeri.
Secara harga bisa lebih murah, karena jika dijual di Indonesia banderolnya naik menjadi tiga kali lipat.
(BACA JUGA: Yamaha FZ1 Presiden Jokowi di Pembukaan Asian Games Sudah 'Uzur', Penerusnya Beringas!)
"Penjualan kita dalam satu tahun masih bisa dihitung pakai jari. Enam bulan laku satu unit saja kita sudah sangat bersyukur sekali," kata Rudy.
Kondisi serupa juga dirasakan dengan Aston Martin Jakarta yang merupakan agen pemegang merek (APM) Aston Martin di Indonesia.
Sejak berdiri dari 2015 sampai pertengahan 2018 ini, baru berhasil menjual kurang lebih 20 unit saja.
"Jual mobil mewah pada saat ekonomi bagus saja susah, apalagi jualan mobil mewah seperti ini eknomoni lagi sulit, lebih susah lagi," ucap General Manager Sales & Marketing Aston Martin Jakarta Francisca Prandayani di tempat yang sama.
(BACA JUGA: Libur Nasional dan Akhir Pekan, Nonton Asian Games Naik Transjakarta Gratis)
Editor | : | Iday |
Sumber | : | Kompas.com |
KOMENTAR