Sebelum surat keluar, puluhan perwakilan sopir angkot 5 warna melakukan sweeping terhadap pengemudi online Grab di beberapa lokasi.
Sempat terjadi ketegangan dan kegaduhan dalam aksi tersebut.
Aparat kepolisian pun segera bertindak agar konflik tidak meruncing dan meluas.
Pro dan Kontra bermunculan terkait kehadiran Grab di Bengkulu.
Sejumlah pengemudi angkot mengaku mengalami kerugian dan ketidakadilan.
(BACA JUGA: Seperti Ulat Bulu, 20.000 Unit BMW Dijauhi Warga dan Dilarang Mengaspal di Korea Selatan)
"Grab tidak ada izin, sementara Grab bisa seenaknya ambil penumpang. Sementara kami angkot lima warna harus urus izin trayek, ini tidak adil," ungkap Budi, sopir angkot.
Sementara itu, warga Kota Bengkulu mengaku kehadiran Grab sangat membantu mereka.
Mengingat layanan Grab lebih efektif dan efesien.
"Grab itu mudah, bisa antar sampai rumah, bisa pesan makanan dan belanjaan, kalau angkot mana mau masuk gang-gang antar penumpang, menurut saya pemerintah harus mencari solusi agar Grab tetap bisa beroperasi," jelas Julia seorang ibu rumah tangga.
Sebelumnya, sejumlah sopir angkot di Kota Bengkulu melakukan aksi mogok kerja, Sabtu (11/8/2018).
(BACA JUGA: Yamaha Mesti Niru, Ganti Mesin 'Big-Bang' Solusi Honda Bisa Atasi Problem ECU Marelli Sejak 2016)
Para sopir angkot pun melakukan sweeping atau razia tidak resmi terhadap penyedia jasa transportasi Grab di Kota Bengkulu.
Editor | : | Iday |
Sumber | : | Kompas.com |
KOMENTAR