Otomania.com - Dua bom atom yang meluluhlantakkan kota Hiroshima dan Nagasaki, bagaikan kiamat untuk Jepang.
Paska Perang Dunia, salah satu negara pemenang Perang Dunia II yaitu Amerika Serikat, pernah merajai industri mobil dunia.
Merek-mereknya seperti Chevrolet, Ford, Cadillac, Chrysler, Dodge, dan Lincoln tersebar di berbagai penjuru dunia.
Di Indonesia, mobil-mobil Amerika pernah populer dan banyak beredar loh.
(BACA JUGA: Konsep Toyota Supra 2019 Sudah Muncul di Australia, Pilihan Mesin Belum Diputuskan)
Bahkan, Mantan Presiden Soekarno dulu punya mobil Cadillac 75 tahun 1964 dengan mesin V8 7.000 cc dengan konsumsi bahan bakar 3-4 km/liter, wah boros banget yah.
Sayangnya, keputusan Amerika untuk memberikan suplai kepada militer Israel dalam perang Arab-Israel pada 1973 bikin negara-negara Arab kesal.
Hingga akhirnya, Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) menjatuhkan embargo penjualan minyak bumi.
Dengan meroketnya harga bahan bakar di Amerika Serikat, pengguna mobil Amerika kesulitan untuk mengisi bahan bakar mobil mereka yang emang terkenal boros banget.
(BACA JUGA: Seru Nih, Harley-Davidson Berencana Bikin Motor 250 CC)
Sampai akhirnya menginginkan mobil yang lebih efisien bahan bakar.
Melihat situasi ini, mobil-mobil Jepang mulai dilirik oleh warga Amerika.
Pada saat itu, bentuk mobil Jepang yang kecil dan irit bahan bakar terlihat bagus dan cocok untuk para pengemudi di Amerika.
Awalnya mobil Jepang di cap kurang keren, sampai menyebutnya dengan low quality.
(BACA JUGA: Gokil, Tiga Harley-Davidson Buat 2020 Ini Keren-Keren Semua, Enggak Kayak Biasanya!)
Namun, seiring waktu dan perkembangan nampak terlihat jelas bila kualitas dan mobil buatan Jepang mulai diakui.
Bahkan mampu melampaui model-model mobil buatan Amerika maupun Eropa.
Sejak saat itu, merek-merek otomotif dari Jepang, menjadi bangkit di pasar dunia.
Editor | : | Iday |
Sumber | : | GridOto.com |
KOMENTAR