Ketika tali ditarik dari sisi seberang perlintasan maka palang perlintasan bambu akan tertutup.
Saat ingin membuka palang tali cukup dilepaskan, sehingga beton yang menjadi pemberat lekas terangkat karena beban bongkahan beton.
Meski termasuk perlintasan liar, namun jalur ini selalu dilewati warga sehingga harus dijaga selama 24 jam.
"Ada empat orang, dibagi empat shift. Dari jam lima pagi sampai setengah satu, setengah satu sampai jam lima. Ini saya dari jam lima sore sampai jam 11 malam. Ganti lagi jam 11 sampai jam lima pagi. Soalnya kan kereta lewat terus, mau yang bawa barang atau bawa orang," ujar Kinoi.
Dikatakannya, pihak PT KAI mendukung perlintasan ini dijaga warga sehingga memberikan pos kecil bagi penjaga perlintasan untuk beristirahat.
(BACA JUGA: Modal Rekaman CCTV, Pelaku Pencurian Dua Mobil Berhasil Dibekuk Polisi)
"Ibaratnya didukung, tapi jaganya harus benar-benar biar enggak ada kecelakaan," lanjutnya.
Kinoi bersyukur karena ia selama ia menjaga perlintasan belum pernah ada kecelakaan yang memakan korban jiwa.
"Pernah kecelakaan, tahun 2006 kalau enggak salah. Mobil material bawa pasir nerobos palang, pas ditengah perlintasan mobil mati. Tapi supir sama kernet langsung lompat keluar, jadi selamat enggak mati," katanya.
Meski berjaga sebagai penjaga perlintasan, ia mengaku tidak mendapat bayaran dari warga sekitar.
Pendapatannya didapat dari pemberian pengendara yang melintas dan merasa terbantu dengan keberadaan palang perlintasan.
(BACA JUGA: Belum Tanda Tangan Kontrak, Bos Suzuki Ecstar Ingin Alex Rins Tetap Bertahan)
Editor | : | Iday |
Sumber | : | Tribunjakarta.com |
KOMENTAR