Pada kuartal I-2018, porsi penggunaan premium hanya tinggal 27% di seluruh Indonesia, adapun pertalite sekitar 50% sementara sisanya 23% merupakan konsumsi seri.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko Siswanto menerangkan, penggunaan remium hingga 27 Maret 2018 di wilayah Jawa-Madura-Bali hanya sekitar 1,546 kiloliter (kl).
Sementara konsumsi Premium pada Januari-Maret 2017 lalu sebesar 774.435 kl atau turun sebesar 771.655 kl.
(BACA JUGA: Pasokan Premium Diharapkan Tetap Aman karena Asian Games)
Penggunaan Premium wilayah non Jawa Madura dan Bali pada periode Januari hingga 27 Maret 2018 sekitar 2,03 juta kl.
Sementara realisasi penggunaan premium pada Januari-Maret 2017 sekitar 1,32 juta kl atau ada penurunan konsumsi sebesar 707.855 kl. "Tahun 2018 sampai 27 Maret cuma separuhnya, non Jawa Madura dan 35%," katanya.
Dengan realisasi konsumsi premium seperti itu, Djoko menyanggah jika terjadi kelangkaan Premium di banyak lokasi.
Menurutnya, hingga saat ini, pasokan premium masih mencukupi.
"Cuma saat ini memang ada gangguan distribusi premium. Sementara saat ini banyak masyarakat yang kembali lagi beralih ke premium ketika harga Pertalite naik," ungkap dia.
(BACA JUGA: Tiga Daerah Ini Bakal Langka BBM Premium Agustus-Oktober 2018)
Sebelumnya, malah Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menilai, kelangkaan Premium lantaran SPBU Pertamina yang mengganti nozzle dari Premium ke Pertalite.
Hal ini terkesan ada pemaksaan terhadap konsumsi pertalite, alias bukan melalui edukasi agar beralih konsumsi pertalite.
Editor | : | Ditta Aditya Pratama |
Sumber | : | kontan.co.id |
KOMENTAR