Otomania.com - Semakin banyak mobil yang menggunakan turbo. Rasanya, peranti tersebut sudah jadi tren. Mesin tetap atau dikecilkan kapasitasnya, namun berkat turbo, kemampuannya jadi berlipat.
Keunggulan dari mesin turbo adalah tenaganya yang besar, rendah emisi, juga beberapa yang canggih justru bikin bahan bakar makin irit. Kendati demikian, model mesin ini juga punya kelemahan yaitu respon tenaga yang tidak secepat mesin non-turbo.
Dalam hal ini, muncul karakteristik alami turbo, yaitu adanya jeda respons atau lag. Lalu apa dan kenapa turbo lag bisa terjadi?
Seperti dibahas Gridoto.com, kipas turbin turbo yang digunakan untuk memompa udara ke ruang bakar, digerakan oleh gas buang yang debitnya tidak stabil.
Jika kita menginjak pedal gas, debit gas buang akan kencang, sebaliknya jika kita menutup pedal gas, atau berjalan pada putaran mesin rendah, debit gas buang akan rendah pula.
Nah, saat sedang berkendara pada kecepatan rendah, atau dengan putaran mesin rendah, debit gas buang yang dihasilkan mesin akan sedikit, dan berefek pada putaran kipas turbin yang pelan.
Jika tiba-tiba kita menginjak gas untuk membangun kecepatan, mesin butuh waktu untuk untuk menghasilkan debit gas buang yang banyak, pun begitu dengan kipas turbin turbo yang membutuhkan jeda waktu untuk berputar lebih kencang dan memberikan tekanan udara ke ruang bakar.
Jeda waktu yang dibutuhkan antara kita menginjak gas hingga mesin mulai merespon dengan memberikan tenaga tamabahan itulah yang dinamakan turbo lag.
Solusi
Saat ini, banyak merek yang sudah mengatasi gejala turbo lag dengan teknologinya masing-masing. Beberapa menggunakan dua unit turbo sekaligus, atau twin-turbo.
Mesin dengan twin-turbo menggunakan dua rumah keong berbeda ukuran. Turbo yang lebih kecil bekerja di rpm bawah, sedangkan yang lebih besar membantu kinerja rpm yang lebih tinggi.
Solusi lain yang dapat menghilangkan gejala turbo lag adalah teknik twin-charger, dimana peran turbo kecil digantikan oleh supercharger.
Editor | : | Donny Apriliananda |
KOMENTAR