Otomania.com — Hampir semua mobil-mobil keluaran baru sudah memakai konverter katalisis atau disebut juga catalytic converter (CC). Popularitasnya mulai meningkat di Indonesia sejak 2007.
Saat itu, standar Euro2 diberlakukan untuk gas buang. Guna memenuhi standar tersebut, setiap kendaraan bermesin diesel dan bensin harus menggunakannya. Termasuk mobil murah atau MPV sejuta umat.
Katalisator
Sesuai namanya,CC merupakan katalisator yang dipasang di ruang setelah saluran buang. Fungsinya menyaring hidrokarbon (bensin yang belum atau tidak terbakar) dan polutan lain yang dihasilkan oleh mesin.
Katalisator CC adalah saringan berbentuk sarang lebah yang dibuat dari logam platinum atau paladium yang disatukan melalui blok keramik. Ketika gas buang menyentuh logam (katalisator), reaksi kimia terjadi berupa penghilangan beberapa kandungan atau senyawa yang berbahaya, seperti hidrokarbon (HC).
Hasilnya, gas buang yang keluar dari knalpot bisa lebih bersih. Sementara itu, logam yang digunakan sebagai katalisator tidak berubah sifat.
Degradasi
Kendati demikian, berdasarkan penelitian, umur pakai logam yang digunakan pada CC juga mengalami degradasi (penurunan kemampuan). Biasanya, setelah digunakan 100.000 km, kemampuannya menurun 35 persen.
Bila diukur berdasarkan lamanya mesin hidup (working hours) dan bukan jarak, maka usianya bisa saja lebih pendek. Pasalnya, kemacetan semakin parah sehingga mesin bekerja lebih lama (termasuk CC), sementara jarak tempuh mobil lebih sedikit. Di lain hal, nilai logam yang digunakan bisa mencapai 60 persen-70 persen dari total harga CC.
Sebagai contoh, kalau dijual sebagai komponen pengganti atau onderdil (suku cadang) oleh perusahaan mobil dengan harga Rp 5 juta, maka nilai katalisatornya saja Rp 3 juta–Rp 3,5 juta
Editor | : | Aris F Harvenda |
KOMENTAR