Jakarta, Otomania – Saat ini, apa saja bisa dijual dan dibeli di internet, termasuk barang-barang aksesori mobil. Aksesnya sudah segampang menatap ponsel dan sangat mudah menemukan barang apa saja. Namun kemajuan sistem modern itu mencukur bisnis pedagang di toko fisik yang bertahan konvensional.
Sejak era jual-beli di internet semakin marak konsumen mulai terasa menghindari tatap muka langsung dengan berkunjung ke toko konvensional. Hal itu diakui oleh Eddy, pemilik gerai Vivre Car Audio di Pasar Mobil Kemayoran, Jakarta Pusat.
“Di sini sudah banyak toko aksesori yang ambruk, jangankan saya yang sudah belasan tahun yang sampai 40 tahun juga ada yang tutup. Alasannya jarang konsumen datang,” ungkap Eddy saat didatangi Otomania, Selasa (24/1/2017).
Bahkan diungkap Eddy ada dua toko yang berbeda sampai harus merger. Hal itu dilakukan buat mengatasi kerugian.
Masalahnya, sangat mudah buat konsumen membandingkan harga di situs jual-beli online. Alhasil, para pedagang di dunia maya menekan harga jual dengan margin untung rendah. Dampaknya harga barang sama di toko konvensional mau tidak mau harus mengikuti pasaran online.
Kendala berikutnya, walau harga sudah sama, toko konvensional tetap sepi pengunjung sebab beli online tetap diminati.
Efek lainnya terasa pada para montir yang biasa beredar di Pasar Mobil Kemayoran. Kerja jasa pemasangan berkurang sebab konsumen jarang datang.
Eddy sendiri mengatakan sudah masuk ke bisnis jual online. Dalam sebulan dia bisa jual 80 headunit, jauh lebih tinggi ketimbang penjualan di toko konvensional. Meski begitu margin untungnya tetap sedikit.
Editor | : | Azwar Ferdian |
KOMENTAR