Jakarta, Otomania - Mobil murah ramah lingkungan (Low Cost Green Car/LCGC) menjadi segmen yang berkembang di pasar otomotif nasional. Apalagi, setelah hadirnya produk kedua hasil kolaborasi, Daihatsu-Toyota, yaitu Sigra-Calya.
Masyarakat banyak yang membeli mobil tersebut, karena harganya terjangkau. Mulai Rp 100 jutaan sudah punya mobil baru. Lantas, dengan berkembangnya "mobil murah" itu, apakah pasar sepeda motor bisa terganggu?
Margono Tanuwijaya, Direktur Pemasaran PT Astra Honda Motor (AHM) menjelaskan, penjualan motor tidak akan terpengaruh. Sebab, rentang harganya cukup tinggi antara motor dengan produk LCGC.
"Kalau dibilang mimpi orang ingin punya mobil itu benar, tetapi melihat harganya yang jauh tidak mungkin," kata Margono usai peluncuran Honda BeAT Street di Jakarta Selatan belum lama ini.
Konsumen motor besar (moge), lanjut Margono pasti di rumahnya sudah punya mobil. Sehingga tidak mungkin lebih memilih LCGC ketimbang motor, karena beli moge itu faktor utamanya karena hobi, bukan kebutuhan.
"Sekarang kalau segmennya di kelas Vario, kebanyakan masih beli kredit. Uang muka lebih dari Rp 1 juta saja, bisa mempengaruhi penjualan jadi sedikit turun. Ini apalagi uang muka mobil murah bisa lebih besar, begitu juga dengan cicilannya," ujar Margono.
Kecuali, kata Margono segmen menengah ke atas kesejahteraannya naik lagi, baru bisa mempengaruhi. Sebab, sudah punya kemampuan untuk membeli mobil.
"Mimpi ingin punya mobil betul sekali, tetapi dengan kondisi sekarang ini tidak akan bisa untuk mempengaruhi penjualan motor. Pembeli mobil murah juga belum tentu segmen pengguna motor," ucap Margono.
Editor | : | Azwar Ferdian |
KOMENTAR