Jakarta, Otomania – Pasar sepeda motor bermesin besar atau moge tidak turut terdampak kondisi pejualan sepeda motor yang stagnan. Hal ini terlihat dari laporan Asosiasi Industri Sepedamotor Indonesia (AISI) yang mengungkapkan pertumbuhan penjualan moge di merek-merek yang berada di bawah naungannya.
Namun sepertinya hal ini tidak terjadi pada pasar moge bekas pakai. Pasar moge bekas pakai relatif stagnan dalam hal penjualan.
“Jualan moge seken cukup sulit belakangan ini. Pasar ini kan segmennya memang kecil, buat yang hobi atau punya cadangan uang lebih untuk belanja. Jadi memang tidak terlalu banyak peminatnya. Dulu bisa sekitar 10 unit per bulan, saat ini suit mencapai angka tersebut,” ucap Ossy Lontoh dari Quantum 2Wheel, Haji Nawi, saat ditemui Otomania beberapa waktu lalu.
Menurut Ossy, saat ini banyak calon konsumen menilai moge dari urusan purna jual dan suku cadangnya. Jika tahu suku cadangnya susah dan layanan purna jualnya tidak terjamin, itu jadi bahan pertimbangan mereka.
“Moge itu kalau sparepart-nya susah, punyanya jadi kaya beban. Misal rusak satu, kalau tidak segera diperbaiki akan merembet, sama dengan motor biasa. Bayangin, memperbaiki satu masalah bisa tahunan,” ucap Ossy.
Selain itu, saat ini merek-merek sepeda motor yang hadir resmi di Indonesia sudah menyertakan moge sebagai jualan mereka. Hadir dengan kemudahan kredit kepemilikan, calon konsumen moge beralih ke model-model baru yang ditawarkan.
Namun jualan moge tetap memiliki pasar sendiri. Model-model moge bekas yang berusia muda dari berbagai merek saat ini masih dicari beberapa penggemar. Ada juga yang mencari model lawas untuk koleksi namun jumlah konsumen seperti ini jauh lebih sedikit.
Editor | : | Azwar Ferdian |
KOMENTAR