Jakarta, Otomania — Macet sudah menjadi makanan sehari-hari bagi penduduk di Ibu Kota. Kondisi jalan seperti ini menuntut kendaraan dalam kondisi stop and go, memaksa kinerja rem, gas, dan kopling jadi lebih berat. Kali ini, mari kita bahas soal kondisi kopling.
“Pengemudi suka tidak sadar kakinya terus menginjak tuas kopling meski kendaraan berhenti. Ini lebih pada kebiasaan. Namun, ini menyebabkan kopling, terutama bagian kampasnya, habis dengan cepat,” ucap Teuku, kepala mekanik di Supershop & Drive Jatiwaringin, Jakarta Timur, saat ditemui Otomania beberapa waktu lalu.
Kondisi ini membuat kopling terus bekerja padahal tidak mentransfer tenaga karena transimisi tidak dimasukkan. Akibat yang ditimbulkan merembet pada tenaga mobil yang terasa kempos saat berjalan.
“Kalau digas biasanya tenaga sudah terasa ketika menyentuh 2.000 rpm misalnya, ini malah tertahan, kayak ada kehilangan tenaga, mesin terasa ngos-ngosan,” ucap Teuku.
Ada cara yang bisa dilakukan pemilik mobil untuk menguji kampas kopling dalam keadaan baik atau tidak. Caranya masukkan gigi transmisi ke gigi satu, tarik rem tangan dan coba jalankan kendaraan.
“Jika mobil loncat ke depan dan mesin mati artinya kondisi kampas masih bagus. Namun jika kondisi mobil malah jalan perlahan dan mesin masih menyala artinya kampas kopling sudah habis dan perlu diganti,” ucap Teuku.
Editor | : | Agung Kurniawan |
KOMENTAR