Jakarta, Otomania – Tahap sosialisasi aturan nomor polisi (nopol) ganjil-genap di sejumlah wilayah Jakarta dimulai 28 Juni-26 Juli 2016, dilanjutkan uji coba 27 Juli-26 Agustus 2016, dan pemberlakuannya 30 Agustus 2016. Langkah tersebut dipilih dan diharapkan bisa mengurai kemacetan Ibu Kota yang semakin parah.
Lantas, apakah aturan tersebut mampu berjalan sesuai fungsi dan harapan? Menurut Danang Parikesit, Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia, tidak akan efektif, karena tidak mendorong perubahan perilaku masyarakar dari mobil pribadi ke angkutan umum.
“Hanya mengubah kebiasaan rute perjalanan saja,” kata Danang saat berbincang dengan Otomania, Rabu (22/6/2016).
Danang melanjutkan, wilayah yang diberlakukan ganjil-genap sudah tentu lancar, namun di jalan lain tetap macet. Sebab, para pemilik mobil yang tidak bisa melintas ke jalan tersebut akan mencari alternatif, sehingga titik kemacetannya pindah ke daerah lain.
“Sepengatahuan saya, kebijakan ini memang disiapkan dan akan diberlakukan sebelum mulai pemberlakuan ERP. Tetapi, kurang tepat caranya,” ucap Danang.
Aturan nopol ganjil-genap ini diberlakukan satu hari dua kali, yakni pertama pagi pukul 07.00 hingga 10.00 WIB, dan sore 16.30 sampai 19.30 di daerah yang dulunya diberlakukan 3 in 1, namun diperluas ke jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.
| Editor | : | Azwar Ferdian |
KOMENTAR