Jakarta, Otomania - Sama dengan arus balik Lebaran, usai liburan tahun baru juga akan terjadi arus balik. Meski sudah banyak rekayasa yang dilakukan, tapi hal ini dirasa masih kurang efektif.
Penyebab utamanya bukan karena apa yang dilakukan pengelola jalan maupun kepolisian tidak berjalan dengan baik, tapi karena minimnya penyebaran informasi mengenai hal tersebut.
"Apa yang dilakukan kepolisian dan pengelola jalan sudah baik, dengan membuat rekayasa kemacetan juga termasuk dalam manajemen perjalanan. Sayangnya, informasi mengenai hal tersebut kurang gencar, sehingga banyak masyarakat yang tidak tahu justru terjebak di situasi kemacetan tersebut," ucap Jusri Pulubuhu pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) saat dihubungi Otomania, Kamis (31/12/2015).
Menurutnya, hal ini merupakan permasalahan klasik yang harusnya bisa diantisipasi dengan baik. Akan lebih bagus lagi bila Pemda setempat juga mendukung, salah satunya dengan membawa informasi ke lingkup yang lebih luas dengan beragam media agar masyarakat mendapat kabar dengan jelas dan baik.
Akibat minimnya informasi justru membuat rekayasa yang dilakukan tidak berjalan dengan baik. Harusnya tidak terjadi penumpukan volume mobil justru sebaliknya, parahnya lagi membuat antrean panjang yang menyebabkan jalan-jalan lain juga terkena dampak.
"Ambil contoh seperti jadwal buka-tutup Puncak di Bogor, meski sudah lama tapi informasinya tidak di-update lagi sehingga masyarakat banyak yang terjebak ketika berlibur ke sana. Belum lagi dengan daerah-daerah lain, seperti jalur Pantura yang sering dilalui untuk berlibur dan dilakukan rekayasa lalu lintas tanpa informasi yang luas," ucap Jusri.
Editor | : | Azwar Ferdian |
KOMENTAR