Baca berita tanpa iklan. Gabung Gridoto.com+

Rahasia Innova Tetap Kencang Meski Ditambah Bobot 2 Kuintal

Aris F Harvenda - Jumat, 11 Desember 2015 | 13:30 WIB
Bali, Otomania - Kijang Innova generasi kedua yang baru saja diluncurkan Toyota November lalu memang sarat ubahan. Selain desain, kelengkapan serta fitur, sistem gerak juga mengalami pembaruan.

Hanya varian bensin saja yang tetap memakai mesin lama 1TR FE berkapasitas 2.0L dengan tenaga 139 tk. Padahal semua varian mendapat tambahan bobot, efek pembaruan sekitar 2 kuintal (200 kg).

Secara teoritis jika bobot bertambah tapi tenaga tetap, maka efek yang akan dirasakan adalah daya menurun dan juga boros. Namun dengan lantang Toyota mengklaim bahwa Innova baru ini lebih irit dan juga masih tetap kencang, terutama untuk versi transmisi otomatis. Kok bisa?

Rasio

"Memang mesin tetap sama, tapi kita melakukan penyetelan pada ECU. Namun yang paling besar kontribusinya adalah transmisi. Versi baru dibekali tipe matik 6 percepatan dilengkapi sport sequential switchmatic dengan rasio gigi lebih rapat," ungkap Iwan Abdurrahman, Technical Service Division PT Toyota Astra Motor (TAM), saat media test drive di Denpasar, Bali, (4/12/2015).

Lebih lanjut Iwan menjelaskan, dengan jumlah gigi lebih banyak dan rasio lebih rapat, maka mobil akan mendapat kecepatan optimal lebih mudah pada gigi tinggi. Dengan begitu kerja mesin lebih ringan.

Pembuktian

Kurang pas rasanya jika hanya menelan begitu saja pernyataan yang dilontarkan dari pihak TAM. Salah satu cara membuktikannya adalah menguji.

Dalam rangkaian acara media test drive di Bali yang berlangsung 3-5 Desember lalu, Otomania.com mendapat jatah sehari mengemudikan Innova bensin varian Q bertransmisi otomatis.

Saat itu rute yang dilintasi adalah Lovina - Kintamani - Ubud yang berjarak sekitar 110 km. Menu lintasan beragam, mulai dari tanjakan, turunan, jalan berkelok, kemacetan kota, dan pasar.

Sebelumnya Otomania.com sempat mencoba Innova matik versi terdahulu sebagai acuan. Untuk akselerasi hampir tidak ada bedanya dengan versi pendahulu. Hanya saja perpindahan persnelling terasa lebih responsif dan minim jeda.

Pencarian gigi saat melakukan akselerasi spontan dengan menekan pedan gas hingga mentok (kick down), lebih cepat dan masih menimbulkan entakkan.

Uji coba yang tak kalah penting adalah perihal efisiensi bahan bakar. Usai menempuh jarak sekitar 110 km, konsumsi BBM yang tercatat di MID adalah 9,8 kpl. Tidak begitu berbeda dan masih dalam rentang yang sama dengan pendahulunya.

Editor : Aris F Harvenda

Sobat bisa berlangganan Tabloid OTOMOTIF lewat www.gridstore.id.

Atau versi elektronik (e-Magz) yang dapat diakses secara online di : ebooks.gramedia.com, myedisi.com atau majalah.id



KOMENTAR

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

loading
SELANJUTNYA INDEX BERITA
Close Ads X
yt-1 in left right search line play fb gp tw wa