Jakarta, Otomania – Tak punya Surat Izin Mengemudi (SIM), lalu terlibat kecelakaan di jalan, mungkin bisa dikatakan ”wajar”. Alasan masuk akalnya, mereka tidak terlatih secara skill berkendara, tidak tahu rambu-rambu, dan tidak mengerti etika berbagi di jalanan, seperti materi yang selama ini diujikan untuk mendapat SIM. Tapi faktanya, orang-orang yang sudah punya SIM juga banyak terlibat kecelakaan, bahkan jumlahnya cenderung sama.
Data Korlantas Polri yang didapat Otomania menyebut bahwa sepanjang 2013, dari 99.000-an orang yang terlibat kecelakaan di jalan raya, 56.000-an di antaranya tidak punya SIM. Tapi, sekitar 43.700-an pelaku atau orang yang terlibat kecelakaan di jalan raya sudah punya SIM.
Lihat juga data tahun lalu, 91.000-an orang yang terlibat kecelakaan dan diindikasikan sebagai pelaku, 52.000-an tidak punya SIM. Sisanya sekitar 39.000-an orang tercatat punya SIM. SIM di sini mencakup semua kategori, mulai dari SIM A, A Umum, B I, B I Umum, B II, B II Umum, C, dan D.
Artinya, jumlah pengendara yang tak punya SIM alias tak berhak berada di jalan raya dan terlibat kecelakaan memang masih mendominasi. Tapi, sorotan Otomania bukan mereka. Lebih dipertanyakan adalah, para pelaku kecelakaan di jalan raya yang sudah punya SIM.
Apakah mereka yang punya SIM ini juga belum pantas masuk jalan raya? Belum ada penelitian yang menunjukkan korelasi antara orang-orang yang punya SIM atau tidak dengan tingkat kecelakaan di jalan raya.
Di Eropa, kecelakaan fatal dan kepemilikan SIM memang bisa dikaitkan, karena untuk mendapatkan SIM, pengendara harus melalui serangkaian ujian berat yang tak sembarangan. Diyakini, pengendara yang sudah terlatih lewat beberapa tes dan pengalaman jauh lebih kecil kemungkinan celaka.
Tentu, korelasi ini akan sangat sulit jika diterapkan di Indonesia, karena masih banyak pemilik SIM sekalipun yang tak paham teknik berkendara, atau bahkan etika dan sopan santun di jalan.
Sorotan kami akan beralih ke proses pembuatan SIM di Indonesia, jika dibandingkan dengan luar negeri.
Editor | : | Azwar Ferdian |
KOMENTAR