Irianto Ibrahim, Sekjen Motor Besar Club Indonesia (MBC), merespons kejadian ini sebagai sesuatu yang tidak seharusnya dipermasalahkan. Pasalnya, konvoi yang dilakukan sudah melalui izin kepolisian dan juga dikawal oleh pihak kepolisian. Hal ini menunjukkan bahwa para peserta Indonesia Bike Week sudah mau menunjukkan sikap taat peraturan dengan meminta arahan pihak kepolisian.
"Pada intinya kami semua sangat ingin mematuhi peraturan, kalaupun memang harus berhenti ketika lampu merah, ya kami berhenti. Namun, kami sudah meminta pengawalan kepada pihak kepolisian dan dalam pengawalan itu memang ada unsur eksklusivitas. Kita pokoknya ikut dan nurut arahan yang terbaik," ujar Irianto kepada Otomania, Minggu (16/8/2015).
Namun, Irianto melanjutkan, masyarakat jangan hanya melihat kondisi ini sebelah mata karena kehadiran pemilik motor besar di Yogyakarta memberikan nilai positif tersendiri, seperti pendapatan daerah dan pendapatan penduduk sekitar yang meningkat. Lebih dari itu, acara ini secara tidak langsung mempromosikan Kota Yogyakarta kepada teman-teman motor besar dari luar Indonesia.
"90 persen hotel penuh diisi oleh teman-teman pemilik motor besar yang datang, belum lagi mereka belanja atau jajan di warung-warung yang dimiliki penduduk sekitar, ini bisa jadi manfaat tersendiri. Selain itu, kita juga mengundang komunitas dari Malaysia dan kita perkenalkan Yogyakarta kepada mereka," ujar Irianto.
Irianto menegaskan, dalam kejadian ini yang sebenarnya arogan yaitu oknum pesepeda yang bertindak sendiri tersebut dan terlihat sepihak. Meski yang dilakukan benar, tetapi ada prosedur yang seharusnya dia lakukan, seperti berkoordinasi dan meminta pihak kepolisian Yogyakarta dengan prosedur yang jelas.
"Dia hanya sirik aja tidak mampu beli motor besar, jadi seperti itu. Sepertinya dia yang terlihat arogan, seharusnya tidak seperti itu. Itu hanya mencari sensasi," tegas Irianto.
Editor | : | Agung Kurniawan |
KOMENTAR