Jakarta, Otomania - Meski baru saja dibuka, dua kecelakaan fatal sudah terjadi di tol terbaru, Cikopo - Palimanan (Cipali). Kecelakaan ini merenggut dua korban jiwa, yakni penumpang mobil box, Senin (15/6/2015) dan penumpangToyota Avanza, Kamis (18/6/2015).
Menanggapi hal tersebut, Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia, Danang Parikesit menyampaikan, setidaknya ada dua faktor utama penyebab kecelakaan di jalan tol di Indonesia. Pertama, faktor kecelakaan sangat ditentukan dengan kondisi jalan yang ada pada tol itu sendiri.
Apakah kondisi jalan sudah bisa berfungsi dengan baik, terutama dalam hal perhitungan geometrinya. Sebelum dibuka untuk umum, kualitas jalan wajib diuji coba terlebih dahulu dan perlu disertai sertifikat laik fungsi, sesuai Pasal 22, Undang-Undang No 2 Tahun 2009, tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
"Terkait dengan hal tersebut pihak Bina Marga harus menerbitkan surat laik fungsi terkait dengan jalan tol tersebut, sebelum dibuka secara umum, itu demi membangun save road atau jalan yang berkselamatan," tutur Danang di Jakarta, Sabtu (20/6/2015).
Faktor Manusia
Faktor kedua yang paling banyak menyebabkan kecelakaan di ruas jalan tol adalah manusia. Apakah, bagaimana kondisi fisik pengemudi kendaraan bermotor ketika melintasi jalan tol tersebut. Dari segi pengelola jalan tol, bisa menyediakan sarana penunjang berupa lokasi tempat peristirahatan yang cukup, terutama untuk ruas jalan yang cukup panjang.
"Kita belajar dari Tol Cikampek dan Tol Jagorawi. Dari segi tingkat keselamatan Tol Jagorawi, jauh lebih baik, karena memang semakin panjang jalur tol, memiliki tingkat keselamatan yang riskan. Oleh karena itu sangat dibutuhkan ketersediaan rest area yang cukup, dan Tol CIpali sendiri adalah tol yang terpanjang di Indonesia," ujar Danang.
Bintarto Agung, Presiden Direktur Indonesia Defensive Driving Center menambahkan, bahwa tol yang panjang bisa membawa pengendara pada kondisi fisik dan mental yang lelah, maka dari itu perlu ada tempat peristirahatan yang aman dan dengan jumlah yang cukup.
"Penyebab potensi risiko berkendara meningkat tajam karena kondisi tubuh yang melemah, sehingga konsentrasi berkurang. Dari data ada, tercatat kalau kondisi ini berkontribusi hingga 37- 42 persen dari keseluruhan penyebab kecelakaan yang terjadi," ujar Bintarto, Minggu (21/6/2016),
Editor | : | Agung Kurniawan |
KOMENTAR