Jakarta, Otomania - Suku cadang palsu diharamkan oleh setiap agen tunggal pemegang merek (ATPM) sepeda motor di tanah air. Namun, kehadiran produk-produk kelas dua (KW) ini masih laku diperjual-belikan karena masih dinantikan konsumen.
Kondisi ini berkaitan dengan daya beli konsumen Indonesia yang masih relatif rendah, juga minimnya kesadaran menjaga kondisi kendaraan pribadinya. Bagi sebagian pengguna motor, suku cadang KW penting posisinya, kalau dompet lagi tipis, namun kebutuhan sudah tidak bisa ditunda lagi.
"Kita pasti siapkan suku cadang nomer dua (KW) untuk jadi pilihan. Biasanya, pada awal perbincangan dengan konsumen kita arahkan untuk membeli yang asli karena kualitas yang terjamin bagus. Tapi, kembali pada keputusan konsumen, apakah kondisi keuangannya mencukupi, " ujar Mimi, pemilik toko Iskandar di Sentra Penjualan Aksesori jalan Otista, Kampung Melayu, Jakarta Timur, kepada Otomania, Selasa (19/5/2015).
Sidul Orin, asisten pemilik toko menyambut menjelaskan, selain faktor keuangan pelanggan, biasanya stok suku cadang asli terkadang habis. Kondisi ini tentu membuat pelanggan membeli produk alternatif, terutama untuk komponen motor yang sudah wajib ganti.
"Kita akui memang dari segi bahan dan usia penggunaan suku cadang kelas dua ini tidak sehebat yang asli," ujar pria yang akrab di sapa Bang Dul ini.
Tergiur Untung
Selain konsumen, ternyata suku cadang KW ini juga lebih diminati para pebisnis bengkel rumahan di daerah pinggiran Ibukota. Hal ini disampaikan Patul, salah satu pelanggan toko Iskandar yang diklaim sudah beroperasi sejak 1972 ini.
"Saya lebih sering belanja di sini untuk yang suku cadang kelas duanya, sebab keuntungannya lebih besar dibanding yang asli. Barang ini dijual lagi di bengkel milik saya. Kalau belanja yang asli modalnya habis tapi barang yang bisa dibeli sedikit," aku Patul pemilik bengkel di daerah Mampang, Jakarta Selatan ini.
| Editor | : | Agung Kurniawan |
KOMENTAR