Mesin yang diusung ZX-25RR basisnya memang masih sama dengan ZX-25R yang pertama kali dipasarkan 2021 silam.
Namun, ada beberapa perubahan, salah satunya standar emisinya naik, “Sekarang Euro 4,” terang Michael C. Tanadhi, selaku Head Sales & Promotion KMI.
Yang langsung jelas terlihat perubahannya ada dari bagian samping motor, sebab knalpotnya tak lagi model underbelly.
Tapi pakai silencer samping di sisi kanan seperti knalpot pada umumnya, bentuk silencernya sekilas mirip dengan milik ZX-10R.
Penggunaan knalpot bersilencer samping ini ternyata bukan cuma menaikkan standar emisi, suaranya ketika di jalan juga terdengar lebih senyap.
Di putaran mesin bawah sampai menengah, sekitar 7.000 rpm suara knalpot terasa senyap banget.
Baca Juga: SYM Luncurkan Motor Matic Baru Tampang Unik, Depan Pakai Sok Upside Down, Jadi Lawan Honda Zoomer X
Lengkingan merdu khas mesin 4 silinder segaris baru terdengar di putaran tengah ke atas, tapi itu juga tak sekeras waktu knalpot underbelly.
Bagian ruang bakar ternyata juga ada perubahan, yaitu rasio kompresi yang naik. Dari 11,5:1 di model lama, di model 2023 ini jadi 12,5:1.
Tentunya menuntut bahan bakar beroktan lebih tinggi, serta mestinya bisa meningkatkan performa mesin.
Yang pasti ketika dicoba, ZX-25RR ini tarikan bawah hingga tengah terasa lebih responsif dibanding dengn model lamanya. Jika dianalisa, selain rasio kompresi meningkat yang mestinya juga menaikkan performa, final gear ternyata juga diperingan.
Final gear ZX-25RR dan ZX-25R 2023 lebih ringan, pakai perbandingan 50:14 (3,571). Sedangkan ZX-25R 2021 pakai ukuran 48/14 (3,428), maka wajar jika tarikannya terasa lebih ringan.
Ketika coba digeber, dengan mudahnya dalam waktu singkat menyentuh kecepatan tinggi. Baru di gigi 4 sudah dapat lebih dari 130 km/jam.
Sementara kalau iseng digeber di tempat pakai standar paddock, ternyata di gigi 6 top speed mentok 190 km/jam.
Artinya, ada sedikit penurunan, karena top speed ZX-25R 2021 saat dites di lintasan bisa dapat 192 km/jam, sedang di atas dyno tembus 195 km/jam.
Kok bisa lebih rendah? Tentunya itu salah satu konsekuensi dari final gear yang dibuat lebih ringan. Akselerasi lebih enteng tapi sedikit mengorbankan top speed, karena limiter putaran mesin masih sama-sama di kisaran 17.000 rpm.
Tapi untuk pastinya top speed di lintasan dapat berapa, tentunya nanti dicoba saat sesi test ride. Tunggu ya!
Perubahan lain yang bisa diamati adalah suhu mesin yang terlihat lebih cepat tinggi, yang tentunya itu konsekuensi dari rasio kompresi yang lebih tinggi.
Dipakai di jalanan dalam kota yang padat merayap, terpantau suhu main di kisaran 100° C, bahkan tak jarang sampai 103° C.
Namun tak perlu risau, karena sejak sekitar 95° C kipas radiator sudah bekerja menurunkan suhu.
Dan meski terpantau suhu setinggi itu, namun di area kaki tak sampai sepanas kalau naik moge. Di paha, lutut dan sekitarnya cuma terasa hangat.
Respons cepat tadi tentunya ketika pakai Riding Mode Sport dan Road, secara setingan pabrik keduanya pakai Power yang Full (F), bedanya cuma di KTRC (Kawasaki Traction Control).
Pakai mode Rain tentunya tarikan lebih kalem, karena peak power dipotong sekitar 35% dari potensi maksimal, agar lebih aman ketika berkendara di kondisi hujan.
Bagaimana dengan Riding Mode yang Rider? Nah kalau yang ini custom, tergantung Power pilih yang F atau Low (L). Pilih F tentunya responsif seperti Sport dan Road, kalau L pastinya jadi kalem seperti Rain.
Kemudian di Rider, sensitifitas roda belakang juga tergantung setelan KTRC diseting berapa, karena bisa off, 1, 2, 3.